Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Waspada Anak Susah Makan, Stunting Mengintai

Kondisi anak pilih-pilih makanan biasa disebut dengan picky eater yang biasa ditemukan ketika anak memasuki masa pra sekolah.

17 Oktober 2018 | 10.35 WIB

ilustrasi anak makan (pixabay.com)
material-symbols:fullscreenPerbesar
ilustrasi anak makan (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi anak pilih-pilih makanan biasa disebut dengan picky eater yang biasa ditemukan ketika anak memasuki masa pra sekolah. Jika masalah ini terus berlanjut, anak akan mengalami gagal pertumbuhan atau stunting.

Baca juga: Tantangan Merawat Anak Kembar Siam, Intip Penjelasan Psikolog

Picky eater bisa menjadi gejala yang merugikan kesehatan anak apabila tidak segera diatasi. Hal ini bisa membuat anak kekurangan asupan gizi yang selanjutnya menyebabkan anak mengalami gizi buruk.

Anak stunting akan lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6 persen di atas batasan yang ditetapkan WHO (20 persen) dan menduduki peringkat kelima dengan anak gizi buruk di dunia.

Menurut Prof. Dr. Rini Sekartini, SpA, picky eater merupakan gangguan perilaku makan pada anak yang berhubungan dengan perkembangan psikologis tumbuh kembangnya.

Hal ini ditandai dengan keengganan anak mencoba jenis makanan baru (neofobia), pembatasan terhadap jenis makanan tertentu terutama sayur dan buah, dan secara ekstrim tidak tertarik terhadap makanan dengan berbagai cara yang dilakukan.
Ilustrasi anak makan buah dan sayur. Shutterstock
"Anak yang suka pilih-pilih makanan atau hanya mau makanan tertentu sering disebut picky eater. Sebagian besar ibu mungkin anaknya pernah mengalaminya. Anak biasanya hanya mau makan makanan tertentu, sering tutup mulut menolak makanan yang diberikan, bahkan sampai nangis terus-menerus," ujar Prof. Rini melalui keterangan resmi yang diterima Antara, Jakarta, Selasa.

Picky eater juga ditandai dengan pertumbuhan tubuh terhenti, perubahan perilaku, lesu, kehilangan selera makan, dan kekurangan berat badan. Kondisi ini tentu bisa mengganggu kesehatan anak.

Sayangnya, banyak orang tua yang salah kaprah menyiasati picky eater dengan memberikan susu sebagai solusi. Padahal, susu sebetulnya hanya sebagai pelengkap.

"Setelah 6 bulan, ditambahkan MPASI (Makanan Pendamping ASI) sebagai pelengkap karena kebutuhan anak meningkat. Setelah 1 tahun anak dapat diberikan makanan keluarga, berupa nasi lauk pauk, sayur dan buah plus susu sebagai pelengkap," tutup Rini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus