Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Waspada Demam Berdarah di Musim Hujan, Epidemiolog Ingatkan Hal Berikut

Masyarakat diimbau waspada terhadap risiko penyakit demam berdarah dengue (DBD) di musim hujan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

21 November 2024 | 21.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas kesehatan Puskesmas melakukan fogging (pengasapan) dan membasmi sebaran sarang nyamuk Aedes Aegepty, di lingkungan RT.9 RW 8 Kampung Baru I Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu, 29 Mei 2024. Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat tajam mencapai 7.142 orang terjangkit dan 15 orang meninggal dunia terdiri anak - anak dan orang tua lanjut usia, selain itu pemerintah mengingatkan kepada masyarakat selalu rajin melakukan langkah antisipasi untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan upaya 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) di sekitar rumah atau lingkungan tempat tinggal masing - masing. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus demam berdarah biasanya mengalami kenaikan pada awal dan akhir musim hujan. Karena itu, epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap risiko penyakit demam berdarah dengue (DBD) di musim hujan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Masyarakat harus waspada terhadap genangan air. Barang-barang bekas yang memungkinkan genangan air sebaiknya dihilangkan dan dikurangi,” kata Miko, Kamis, 21 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada awal musim hujan, curah hujan yang tinggi menyebabkan genangan air yang ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Namun pada saat hujan berhenti atau berkurang maka nyamuk cenderung tidak dapat terbang jauh sehingga penyebarannya terbatas.

Sebaliknya, pada akhir musim hujan ketika curah hujan mulai berkurang, nyamuk kembali aktif dan dapat menyebar lebih luas. Inilah alasan puncak peningkatan kasus demam berdarah sering terjadi antara bulan November hingga Desember serta Maret hingga Juni.

Ia pun mengimbau masyarakat untuk waspada dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan, serta menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk (3M). Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UI itu mengatakan perlu berbagai upaya atau intervensi yang dilakukan secara bersamaan untuk menurunkan kasus demam berdarah.

“Tidak ada satu solusi tunggal yang bisa menyelesaikan masalah ini. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi vaksinasi, penerapan program 3M, serta penggunaan obat nyamuk. Semua harus digunakan,” ujarnya.

Langkah-langkah pencegahan
Miko juga menyampaikan langkah-langkah pencegahan perlu dijalankan secara komprehensif untuk mencapai hasil yang maksimal. Menurutnyaa, vaksinasi bisa sangat efektif terutama bagi yang belum pernah terinfeksi virus dengue. Vaksin ini membantu melindungi dari kemungkinan tertular demam berdarah di masa datang.

Namun, bagi yang sudah pernah terinfeksi, vaksinasi tetap dapat diberikan meskipun dengan aturan berbeda. Untuk orang yang sudah pernah terinfeksi, vaksinasi hanya perlu dilakukan satu kali, bukan dua kali seperti yang direkomendasikan untuk mereka yang belum pernah kena.

“Semua intervensi ini harus dilakukan dengan konsisten dan terpadu, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun sektor lainnya,” jelasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus