Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Heartology Sunu B Raharjo mengajak masyarakat mewaspadai gangguan irama jantung alias aritmia. "Ada banyak masalah aritmia ini di Indonesia. Bahkan diperkirakan populasi pasien aritmia mencapai 2 juta saat ini," katanya dalam acara Cardiac & Vascular Excellence Scientific Update 2024, 1 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sunu mengatakan salah satu risiko pasien dengan aritmia adalah stroke. "Bahkan dampak strokenya bisa lebih berat dibanding dengan stroke karena penyempitan pembuluh darah atau stroke akibat hipertensi," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Heartology Sunu B Raharjo/Tempo-Mitra Tarigan
Stroke pada aritmia biasanya diakibatkan oleh gumpalan darah yang dihasilkan oleh jantung. Gumpalan darah ini terbentuk karena ada detak jantung yang tidak terkontrol. Masalahnya, gumpalan darah itu bisa mengalir ke pembuluh darah besar dan berisiko menghambat aliran darah besar tersebut. Jika aliran darah terhambat, hal itulah yang akan menjadi stroke. "Jadi area stroke yang akan terkena jadi lebih besar, dan risiko kematiannya pun jadi lebih tinggi," katanya.
Dalam penyakit hipertensi, atau masalah penyempitan pembuluh darah, penyumbatan darah biasanya terjadi di pembuluh darah kecil. Artinya area penyumbatannya pun kecil.
Sunu pun mengajak masyarakat untuk waspada dengan gangguan irama jantung. Ia meminta masyarakat untuk mengecek kondisi irama jantung secara berkala. Bila ada masalah, dia meminta masyarakat segera ke dokter untuk mendapatkan tata laksana terbaik. "Masalah gangguan irama jantung ini bisa sebabkan gagal jantung yang berat kondisinya, hingga stroke," katanya.
Pilihan Editor: Narkoba dan 5 Pemicu Stroke Seperti Serangan ke Tio Pakusadewo