Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Waspada Toxic Parenting Bikin Hubungan Orang Tua Anak Renggang

Toxic parenting seperti sikap orang tua yang agresif, menekan, dan seolah paling mengerti atas anaknya justru membuat sang buah hati cemas.

7 Juli 2022 | 11.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi orang tua memarahi anak/anak menangis. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Dr. Rose Mini Agoes Salim mengatakan bahwa "toxic parenting" atau pola pengasuhan yang keliru menyebabkan renggangnya hubungan antara anak dengan orang tua, dan menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri saat dewasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan, renggangnya hubungan tersebut disebabkan sikap orang tua yang agresif, menekan, dan seolah paling mengerti atas anaknya. Namun hal itu justru membuat sang buah hati menjadi cemas, takut dan tidak percaya diri karena khawatir akan membuat kesalahan saat melakukan sebuah tindakan. “Toxic parenting itu seperti orang tua yang lebih banyak memberikan tekanan kepada anak agar mau mengikuti apa yang diinginkan atau apa yang dikatakannya. Karena menurut mereka (orang tua) itu yang paling baik menentukan untuk anaknya,” kata Dr. Rose Mini pada Rabu 5 Juli 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Jadi sebetulnya kontrol begitu kuat terhadap apa yang dilakukan anak dan orang tua seolah-olah hanya memikirkan yang terbaik dari sisinya, bukan dari sisi anak. Sehingga anak tidak pernah bisa menjadi dirinya sendiri,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa anak yang mengalami toxic parenting berpotensi menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penakut. Anak tersebut juga tidak mengetahui bahwa mereka memiliki potensi yang tersimpan di dalam dirinya. Ketika sang anak dewasa, hal itu akan berdampak pada ketidakmampuan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dipilih atau ditekuni, karena terbiasa diarahkan dan diatur secara agresif oleh orang tua.  “Kemampuan bertanggungjawab juga jadi melemah atau kemungkinan apa yang dilakukan bukan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya tapi karena takut pada orang tua saja,” katanya.

Menurut Rose, orang tua perlu memahami dampak buruk toxic parenting dan menyesuaikan pola asuh berdasarkan usia anak. orang tua juga perlu bersikap terbuka atas masukan dari anak dan membuka ruang diskusi untuk mencari solusi apabila anak sedang mengalami masalah. “Makin besar dia makin mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah, dan juga yang dia ambil untuk solusi atas masalahnya, anak juga menjadi lebih bebas mengekspresikan diri, dan orang tua bisa memberikan kesempatan tersebut maka dia menjadi orang tua yang tidak toxic,“ katanya.

Rose juga bilang bahwa setiap anak menyimpan bakat yang bisa terbentuk secara alami maupun dibentuk oleh lingkungan. Untuk itu, ia berharap agar para orang tua bisa memberikan ruang kepada untuk mengekspresikan diri. "Berikan kesempatan dia untuk mengekspresikan diri, tetapi di sisi lain tetap harus ada panduan dan koridor mana yang harus bisa dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh anak,” ujarnya.

Psikolog Universitas Indonesia itu menambahkan, pola asuh memiliki dua sumbu yang perlu diperhatikan, yaitu kedekatan dan kontrol. Kedekatan anak dan orang tua berpengaruh kepada perkembangan dan pertumbuhan anak.  “Pada waktu seseorang anak merasa tidak dapat melakukan apa-apa karena tidak diizinkan lingkungannya maka nantinya dia akan mengalami banyak masalah dalam kehidupannya karena tidak bisa menentukan dan tidak bisa mengambil tindakan tertentu terhadap apa yang dia hadapi,” terangnya.

Di samping itu, orang tua yang abai dan selalu mengikuti kemauan anak juga berdampak buruk pada perkembangan anak. “Tidak bisa dilepaskan begitu saja karena anak belum banyak punya jam terbang dalam kehidupannya, pengalamannya masih terbatas dan butuh orang tua untuk mengarahkan mereka. Nah, yang penting bagi orang tua memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia anak agar dia (anak) nantinya bisa menentukan sendiri apa yang harus dilakukan,” katanya.


Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus