Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Yang Perlu Diperhatikan saat Mengukur Tekanan Darah di Rumah

Dokter mengingatkan pentingnya mengukur tekanan darah secara rutin bagi penderita hipertensi sebelum muncul keluhan.

20 Mei 2022 | 21.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan darah tinggi atau hipertensi biasanya tidak menimbulkan keluhan sehingga mungkin orang tidak menyadari mengalami kondisi tersebut sehingga sering disebut sebagai pembunuh senyap. Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Hipertensi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI), dr. Badai Bhatara Tiksnadi, Sp.JP(K) mengingatkan pentingnya mengukur tekanan darah secara rutin sebelum muncul keluhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Memang, tekanan darah tinggi itu tidak ada keluhan dan sangat mungkin seseorang tidak mengetahui dia mempunyai tekanan darah tinggi. Maka, penting untuk mengukur tekanan darah sebelum ada keluhan," ujar Badai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dari 25,8 persen pada tahun 2013 menjadi 34,11 persen di 2018. Data juga menunjukkan tekanan darah tinggi tak hanya terjadi pada orang lanjut usia tapi juga pada kelompok umur di bawah 45 tahun, bahkan pada usia remaja atau dewasa muda.

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi di otak sehingga orang bisa terkena stroke, juga dapat menyebabkan kerusakan retina mata atau retinopati, penyumbatan pembuluh darah, gagal jantung, dan gagal ginjal.

"Tekanan darah tinggi itu berarti tekanan di pembuluh darahnya tinggi. Setiap organ itu ada pembuluh darahnya. Apabila diberikan tekanan yang terus menerus tentu akan terjadi kerusakan," jelas Badai.

Sayangnya, sebagian orang baru menyadari terkena hipertensi ketika kondisi tersebut sudah merusak organ penting di tubuh. "Sebagian baru sadar ketika sudah kena stroke atau sudah ada keluhan pandangan kabur, sakit dada, lemah, gagal ginjal, atau pembuluh darah di kakinya sudah menyumbat," imbuh Badai.

Oleh karena itu, ia menegaskan hipertensi perlu dideteksi secara aktif. Menurutnya, Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR) merupakan cara efektif untuk mengetahui tekanan darah dan mengevaluasi pengobatan.

"Kita tidak bisa mengandalkan pemeriksaan yang hanya sesekali. Kemenkes juga sudah mengeluarkan infogram agar kita lebih sering mengukur tekanan darah dengan cek sendiri di rumah," ujarnya.

Badai mengingatkan saat mengecek tekanan darah di rumah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebelum pengecekan, usahakan tubuh dengan posisi duduk rileks selama 2-5 menit. Pengecekan sebaiknya dilakukan 2-3 kali dengan jangka waktu 1 menit untuk mendapatkan data variasi tekanan darah.

Selain itu, alat ukur tekanan darah yang dianjurkan adalah yang menggunakan manset dan dililitkan pada lengan. Pastikan juga alat pengukuran tekanan darah yang digunakan sudah tervalidasi.

"Seandainya melakukan pengukuran di rumah, cut off-nya bukan 140/90 lagi, tapi menjadi 135/85. Kalau di atas itu tandanya sudah mengalami tekanan darah tinggi," jelas Badai. "Kemudian, pengukuran harus dilakukan rutin karena yang diambil adalah hasil rata-rata. Jika pengukuran dilakukan sesekali saja dan hasilnya 148, belum tentu dia hipertensi dan kalau sesekali diukur 120/70, belum tentu dia tidak hipertensi."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus