Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jenis paket wisata di Bali berikut ini, mungkin sudah terlalu mainstream: atraksi garden park, resormewah, desa wisata, pantai, hingga pertunjukan budaya. Tapi, tahukah anda Bali masih menyimpan kejutan berupa destinasi wisata tersembunyi yang agak sulit dijangkau?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga tempat wisata tersembunyi berikut ini mesti disambangi dengan hiking terlebih dahulu. Namun keindahannya sebanding dengan keletihan yang anda tanggung.
1. Pantai Nyang Nyang
Pantai yang terletak di Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, ini belakangan dinobatkan sebagai pantai terbaik layak kunjung 2018 oleh CNN Travel International.
Pantai tersebut menjadi satu-satunya pantai di Indonesia yang masuk daftar pantai terbaik, bersanding dengan Railay Beach di Thailand, Bazaruto Archipelago di Mozambik, dan Sant Sebastia Beach di Spanyol.
Nyang Nyang masuk jajaran prestasi ini lantaran punya garis pantai yang sangat panjang dengan pasir berwarna keemasan.
Sebelum dinobatkan jadi pantai terbaik, Tempo pernah mengunjungi Nyang Nyang pada Maret 2017. Warga lokal, Gede Arya, menunjukkan jalan menuju pantai tersebut yang ternyata masih berupa bebatuan kapur yang digempur.
Dari arah Pantai Kuta, jalan menuju Nyang Nyang searah dengan jalur menuju Uluwatu, yakni melewati Jalan Raya Uluwatu Pecatu. Papan petunjuk menuju pantai pun hampir tak terlihat.
Patokan pasti menuju Nyang Nyang adalah Jalan Batu Nunggalan, jalan kecil di tepi Jalan Raya Uluwatu Pecatu. Ujung Jalan Batu Nunggalan adalah jalan buntu. Dari jalan buntu itu tampak garis Pantai Nyang Nyang membentang panjang. Namun letaknya jauh di bawah tebing.
Buat turun ke pantai, wisatawan kudu hiking. Jaraknya tak sampai 1 kilometer, namun kemiringannya cukup bikin kaki gemetar. Disarankan membawa tongkat penopang untuk jalan supaya tak jatuh terperosok saat melewati jalur bebatuan kapur yang terjal dan licin.
2. Bukit CampuhanPanorama Bukit Campuhan, Ubud, Minggu, 11 Februari 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Pesona Bukit Campuhan, Ubud, belakangan viral di dunia maya. Sekitar 11 ribu foto bertagar #bukitcampuhan telah diunggah oleh para pengguna akun Instagram.
Sejumlah travel influencer yang sedang naik daun, seperti Kadekarini dan Anggey Anggraini, pun beberapa kali mengunggah foto dengan latar bukit itu. Dalam potret yang ditampilkan di akun berbagi gambar tersebut, keduanya tampak sedang menyusuri Campuhan. Lanskap terasering persawahan di kanan-kiri menjadi ikonnya.
Tempo.co menyambangi bukit itu pada pekan pertama Februari lalu. Ternyata tak mudah menemukan jalan untuk sampai tujuan.
Dari Kota Denpasar, jalan menuju Campuhan kudu ditempuh menggunakan kendaraan pribadi dengan waktu perjalanan lebih-kurang 1 jam. Bisa juga menumpang shuttle bus dari Pantai Kuta arah Pasar Ubud dengan waktu tempuh lebih lama, yakni 1,5-2 jam.
Setelah tiba di Pasar Ubud, yang juga merupakan pusat aktivitas daerah itu, tak ada petunjuk pasti menuju Bukit Campuhan. Dalam peta digital pun tak tedapat informai akses jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan bila wisatawan ingin pergi ke sana.
Satu-satunya lokasi terdekat dengan Bukit Campuhan yang bisa diakses kendaraan adalah Kafe Karsa. Kafe Karsa letaknya di balik vila-vila mewah di pedesaan Ubud. Untuk menuju ke sana, wisatawan kudu melewati jalanan berliku serta tanjakan dan jalan menurun cukup terjal.
Selepas sampai di Kafe Karsa, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki atau hiking. Ada dua jalur yang bisa ditempuh. Jalur pertama melewati pematang sawah di belakang Kafe Karsa. Jalur kedua melewati jalan buntu yang letaknya 500 meter dari kafe itu.
Keduanya sama saja menawarkan trek yang lumayan. Perjalanan 2 kilometer kudu ditempuh dengan medan naik-turun melewati jalan setapak.
Namun, setibanya di Bukit Campuhan, rasa lelah akan terbayar dengan pesona alam Ubud yang masih sangat asri. Panorama bukit hijau membentuk prisma tampak
- Green Bowl
Tak jauh dari Nyang Nyang, tepatnya di Desa Ungasan, terdapat pantai yang dulunya merupakan area privat sebuah vila. Pantai ini sekarang dinamai Green Bowl.
Mirip dengan Nyang Nyang, Green Bowl terletak jauh di bawah tebing. Buat menuju ke sana, wisatawan kudu menuruni 300 anak tangga dengan pemandangan kanan-kiri berupa semak-semak. Beberapa anak tangga licin karena sudah berlumut.
Green Bowl, menurut Made, pemilik warung di dekat pantai itu, yang ditemui pada Maret 2017, lebih kondang di kalangan turis asing. Memang, saat itu, pengunjung pantai mayoritas adalah wisatawan mancanegara.
Wisman tampak mendatangi pantai ini untuk berselancar. Kata Made, Green Bowl memang tempatnya surfer. Tepi pantainya tidak terlalu luas, tapi gelombang lautnya cukup besar. Airnya juga masih sangat jernih.