Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

4 Tantangan Saat Glamping di Ciwidey Bandung

Meski tampak nyaman, glamping di kawasan Ciwidey memiliki tantangan sendiri.

4 Agustus 2018 | 12.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jika ingin menikmati sunyinya malam, dinginnya embun pagi di pinggir danau, maka memilih tidur di Tent Resort bisa menjadi pilihan. Glamping Lakeside Rancabali menyediakan tenda dengan fasilitas hotel berbintang. Tempo/Rully Kesuma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Glamping atau glamorous camping menawarkan konsep yang berbeda saat berkemah. Tidak seperti kemah-kemah biasa, aktivitas bermalam di alam bebas ini menyajikan peranti tenda dengan fasilitas lengkap layaknya hotel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Konsep glamping telah beberapa tahun masuk di Indonesia. Misalnya pada 2015. Metode penginapan lux yang tetap mengangkat unsur petualangan di alam bebasnya ini diterapkan oleh Glamping Lake Side di Pengalengan, Jawa Barat. Glamping itu benar-benar pas bagi penyuka wisata alam lantaran berdiri di tengah kebun kopi dan danau alami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Manajer pengelola Glamping Like Side Lutfie Nauval, saat ditemui Kamis malam, 2 Agustus 2018, di kawasan Lake Side Glamping Rancabali, Ciwidey, Jawa Barat, mengatakan konsep yang diusung di penginapannya ini sejalan dengan program Kementerian Pariwisata mendatangkan wisatawan melalui nomadic tourism. Turisme jenis ini adalah solusi bagi daerah pariwisata potensial yang minim keterbatasan akomodasi.

Meski tampak nyaman, glamping di kawasan Ciwidey memiliki tantangan sendiri. Tantangan itu di antaranya ditemui Tempo saat menginap di Lake Side Glamping Rancabali, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dari Rabu, 1 Agustus, hingga Jumat kemarin, 2 Agustus.

1. Tidak ada televisi
Umumnya, pihak glamping tidak menyediakan televisi di dalam tenda. Di dalam tendam fasilitas yang tersedia adalah kasur empuk, selimut hangat, toilet beserta toiletriesnya, dan minibar di dalam kamar. Tanpa televisi akan mendorong pengunjung lebih terdorong menikmati alam bebas.

2. Suhu rendah di kawasan perbukitan
Suhu rendah hingga 11 derajat Celcius akan dirasakan wisatawan saat menginap di kawasan glamping Ciwidey. Apalagi saat dinihari. Selimut yang disediakan terasa tidak cukup membantu mengatasi suhu dingin. Disarankan, pelancong membawa perlengkapan seperti sleeping bag dan baju hangat.

3. Aksesibilitas
Salah satu tantangan glamping di kawasan Ciwidey adalah minimnya transportasi umum. Pengunjung perlu memikirkan dengan matang caranya mengakses lokasi-lokasi wisata di sekitar area glamping. Misalnya menyewa kendaraan pribadi dari kota.

4. Harga yang relatif tinggi
Untuk menginap di kawasan glamping, wisatawan dipatok harga lumayan. Misalnya untuk kelas paling murah, harga sewa berkisar di atas Rp 1 juta. Meski satu tenda bisa dihuni empat orang, harga itu cukup tinggi bagi kalangan budget traveler.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput politik untuk kanal nasional.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus