Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat dikenal menyimpan banyak potensi wisata alam maupun budaya. Gulungan Ombak Lances Right dan Macaronies di kawasan ini didaulat sebagai dua titik ombak terbaik dari sepuluh ombak terbaik di dunia. Banyak peselancar dari dalam maupun luar negeri datang untuk memacu adrenalinnya.
Di pedalaman Pulau Pagai Selatan tersimpan pesona alam lain. Salah satunya adalah Air Terjun Simatobat atau yang dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Air Terjun Bungo Rayo. Ketinggian air terjun ini hanya 15 meter. Sepanjang aliran sungai yang mengarah ke hulu setidaknya ada lima air terjun lain dengan tinggi dan lebar bervariasi.
Flora maupun fauna di sekitar aliran sungai, menurut Pelaksana Tugas Kepala UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Kepulauan Mentawai Tasliatul Fuaddi, berpotensi menjadi pemandangan menarik bagi pengunjung.
Belum lagi adanya gua yang termasuk dalam kategori gua hidup di sekitar air terjun itu. Bangunan yang terbentuk dari stalaktit maupun stalakmit gua menjadi tempat berlindung burung walet maupun rusa. Sepanjang kawasan aliran sungai terdengar suara Bilou dan Bokoi, primata endemik Mentawai.
Potensi alam di Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan, ini membuat pemerintah setempat bersiap menjadikannya sebagai kawasan tujuan wisata. Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabagallet mengatakan pemerintah tengah melengkapi berbagai infrastruktur penunjang.
Bupati Yudas tengah berupaya bersinergi dengan pihak terkait agar mencoret kawasan itu dari daftar hak pengelolaan hutan untuk menjadi kawasan wisata. Dia pun sudah mendapat masukan dari Dinas Kehutanan mengenai hukum dan aturan sebelum mengusulkannya ke provinsi.
Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Barat Hendri Octavia memberi masukan agar kawasan Air Terjun Simatobat tetap menjadi kawasan ekosistem esensial (KEE) dan areal bernilai konservasi tinggi (ABKT/HCV). Status KEE atau ABKT bertujuan untuk konservasi keanekaragaman hayati dan menghasilkan jasa lingkungan.
Dari situ, kata dia, kesejahteraan masyarakat bisa meningkat. Lazimnya, pengembangan pariwisata dengan berbasis pada konservasi lingkungan harus memberikan dampak positif baik bagi alam atau lingkungan, masyarakat serta pemerintah setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini