Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Menjelajahi Destinasi Wisata di Sumatera Barat, Dari Batu Malin Kundang Hingga Jam Gadang

Sumatera Barat menawarkan beragam objek wisata menarik, mulai dari alam hingga sejarah sehingga banyak dikunjungi wisatawan.

6 Mei 2023 | 23.23 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Padang, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Bukittinggi adalah sejumlah kota yang patut disinggahi saat berada di Sumatera Barat. Tiga daerah itu menawarkan beragam destinasi wisata menarik, mulai dari alam hingga sejarah sehingga banyak dikunjungi wisatawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selama libur Lebaran 2023, tercatat ada 2,9 juta wisatawan yang datang ke Sumbar. "Setiap pengunjung menghabiskan Rp 1,2 juta,’’ kata Kepala Bidang Destinasi dan Industri Dinas Pariwisata Sumatera Barat Doni Hendra, Selasa, 2 Mei 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jumlah wisatawan itu juga termasuk warga Sumbar yang pulang kampung saat Lebaran.

Destinasi menarik di Sumbar

Ada sejumlah destinasi wisata populer yang patut disinggahi saat ke Sumbar. Pertama adalah situs batu Malinkundang di Pantai Air Manis Kota Padang.

Situs itu berupa batu yang menyerupai orang bersujud. Batu itu dikaitkan dengan legenda masyarakat setempat tentang anak durhaka bernama Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu. Namun batu di pantai itu merupakan replika buatan seniman yang didasarkan legenda setempat.

Pantai Air Manis, Sumatra Barat, (7/6). Pantai Air Manis berkaitan erat dengan legenda Malin Kundang di Sumatera Barat. Malin Kundang adalah karakter dalam dongeng yang berubah menjadi batu, bersama-sama dengan kapalnya, setelah durhaka kepada ibunya. TEMPO/Seto Wardhana

Di Padang juga ada situs bersejarah berupa mercusuar Bukit Lampu. Mercusuar itu dibangun saat masa penjajahan Jepang.

Layaknya mercusuar, bangunan itu berfungsi untuk menavigasi perjalanan kapal di sekitar Teluk Bayur. Saat ini, jika naik ke menara tinggi itu, pengunjung bisa menikmati pemandangan lalu lintas kapal di perairan Samudera Hindia.

Berjarak 91 kilometer dari Kota Padang, ada Lembah Anai di Kabupaten Tanah Datar. Di sana ada air terjun yang lokasinya di pinggir jalan raya. Tak perlu berjalan jauh, air terjun itu bisa langsung terlihat saat melintas.

Masih di Tanah Datar, ada situs Batu Batikam yang merupakan cagar budaya di Jorong Dusun Tuo, Nagari Limo Kaum. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, Batu Batikam berarti batu yang tertusuk.

Menurut laman Kemendikbud, situs ini merupakan bukti mengenai kehadiran tokoh Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan dalam sejarah Minangkabau sebagai pendiri dari dua keselarasan yaitu Bodi Caniago dan Koto Piliang. Tusukan dalam batu itu konon merupakan bukti akhir perselisihan dari kedua tokoh itu.

Ada juga Istano Basa Pagaruyung atau dikenal sebagai Istana Besar Kerajaan Pagaruyung di Kecamatan Tanjung Emas. Itu adalah museum berupa replika istana Kerajaan Pagaruyung yang menyimpan beragam koleksi kerajaan.

Istano Basa Pagaruyung. TEMPO/Supriyantho Khafid

Istano Basa yang asli terletak di atas bukit Batu Patah dan dibakar habis pada 1804 saat terjadi Perang Padri. Istana baru didirikan kembali tetapi terbakar lagi pada 1966.

Di Kota Bukit Tinggi, destinasi yang bisa dikunjungi adalah Istana Bung Hatta dan Ngarai Sianok. Diantaranya ada gua Jepang sedalam 60 meter dan tak bileh dilewatkan adalah Jam Gadang.

Istana Bung Hatta memiliki nilai historis sejarah yang penting bagi Indonesia karena merupakan saksi sejarah Pemerintahan Darurat RI. Bangunan ini mempunyai ciri khas gaya arsitektur kolonial. Di dalamnya terdapat banyak foto-foto yang menceritakan kehidupan Bung Hatta dari masa kecil hingga menjadi Wakil Presiden RI yang pertama.

Ngarai Sianok merupakan lembah curam yang berada di tengah kota Bukittinggi. Lembah ini panjang dan berkelok-kelok dengan kedalaman 100 meter dan mempunyai panjang kurang lebih 15 kilometer dengan lebar 200 meter.

Di dekatnya adalah gua Jepang yang merupakan salah satu peninggalan saat pendudukan Jepang. Lorong dengan panjang 1,47 kilometer ini terdapat 21 lorong kecil yang digunakan untuk menyimpan amunisi, bilik serdadu Jepang dan ruang rapat.

Jam Gadang merupakan ikon wisata Bukittinggi. Menara jam itu dibangun pada 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Jam dalam menara itu konon didatangkan langsung dari Rotterdam melalui Pelabuhan Teluk Bayur.

Selain potensi wisata alam dan sejarah itu, Sumbar tengah mengembangkan wisata kesehatan. "Digagas one net tourism wisata kesehatan," kata Doni.

Di Bukit Tinggi, sudah ada Rumah Sakit Umum Daerah dr Achmad Mochtar yang memiliki layanan unggulan NICU, PICU dan radiologi. "Pasien juga diajak mendatangi objek pemandangan taman bumi Ngarai Sianok. Ini wisata wellness,’’ kata Doni. Selain itu, ada RS Otak DR Drs. Moh Hatta yang unggul dalam perawatan penderita stroke.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus