Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bepergian sendiri atau solo traveling setelah menikah masih jarang dilakukan di masyarakat Indonesia. Alasannya, perempuan menghadapi stigma yang mengakar di masyarakat. Jika perempuan berlibur sendiri, sering kali muncul anggapan bahwa ia tidak mengurus keluarga. Perempuan pun bisa memilih untuk mengabaikan anggapan itu dan pergi berlibur sendirian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi perempuan, berlibur sendirian bukan hanya untuk menjelajah dan menenangkan diri dari berbagai tuntutan yang dihadapi, tetapi juga menjadi kesempatan untuk mengenal diri sendiri dan sejenak melepas beban yang dialami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari India Today, Absy Sam, seorang psikolog dari Mumbai, mengatakan bahwa bepergian sendiri bisa membantu mengeksplorasi prioritas hidup, ketidaksukaan, tujuan, dan visi hidup setiap individu. Solo traveling akan menciptakan rasa otonomi dan kebebasan untuk perkembangan diri.
"Ini tentang kemandirian dan kepercayaan diri, memberikan perempuan rasa pemberdayaan," kata dia.
Meningkatkan kesehatan mental
Seorang konselor hubungan, Ruchi Ruuh, menyampaikan bahwa dalam sebuah hubungan, solo traveling bisa membantu meningkatkan rasa kepercayaan terhadap pasangan dan mengetahui karakter diri sendiri. Dengan begitu, masing-masing dari pasangan bisa saling memahami dan membangun hubungan yang sehat. Perjalanan solo bisa membantu untuk meningkatkan kesehatan mental, memperkuat kepercayaan dan ruang aman, dan kembali segar saat bertemu dengan keluarga.
"Hubungan yang sehat dibangun berdasarkan konsep yang disebut diferensiasi, yang berarti Anda merayakan keberadaan individu sekaligus bersatu sebagai pasangan. Dengan perjalanan solo, orang-orang dapat mengalami dan memahami kepribadian mereka dengan lebih baik," katanya, seperti dilansir dari India Today.
Solo traveling bisa menghilangkan rasa bosan, mengurangi stres, dan menumbuhkan perspektif dan pengalaman baru. Kegiatan ini bisa meningkatkan kesejahteraan emosional, membantu pemulihan depresi dan meningkatkan keterbukaan dan stabilitas emosional. Dengan perjalanan solo, perempuan akan merasa berdaya dan memiliki kendali atas hidup diri sendiri.
Memperkuat kepercayaan dan ruang aman
Bepergian sendiri bukan berarti menghindar atau menjauh dari pasangan dan keluarga. Sebaliknya, aktivitas ini bisa membantu memperkuat kepercayaan sesama pasangan. Hal ini akan menguji pasangan untuk saling menghargai dan menghormati kebutuhan otonomi masing-masing, dengan adanya waktu untuk diri sendiri, mendorong ruang emosional yang sehat, dan pemahaman mengenai batasan pribadi.
Setelah melakukan solo traveling, akan terbentuk rasa saling menghargai dan mengapresiasi segala bentuk yang dilakukan pasangan. Dengan terpenuhinya hal itu, maka akan terbentuk ruang aman dalam hubungan. Namun, untuk melakukan solo traveling wisatawan harus melakukan komunikasi dengan pasangan. Diskusikan tujuan perjalanan dan bicarakan secara terbuka.
Kembali segar
Melakukan perjalanan sendiri bisa memberikan contoh kepada anak tentang pentingnya perawatan diri dan menjaga kesehatan mental. Meluangkan waktu untuk solo traveling membantu tubuh dan pikiran kembali segar dan siap untuk menghadapi kenyataan dan menjalankan tanggung jawab keluarga.
Untuk membuat perjalanan solo berjalan dengan lancar, harus dipastikan ada yang bisa menjaga anak-anak, baik itu menyewa pengasuh atau dititipkan kepada orang tua. Kemudian, rencanakan terlebih dahulu dengan pasangan untuk melakukan solo traveling secara bergantian. Diskusikan mengenai keuangan dengan teliti untuk biaya keduanya. Lalu, tetap jalankan komunikasi terbuka dan tentukan tujuan perjalanan.
NIA NUR FADILLAH | INDIA TODAY
Pilihan Editor: Seoul Destinasi Solo Traveling Teratas di 2025