Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Bantimurung Bergabung dalam Taman Warisan ASEAN

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, telah resmi ditetapkan sebagai ASEAN Heritage Park.

29 Oktober 2019 | 05.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bantimurung Bulusaraung tak sekadar memiliki panorama indah. Air terjun, tebing-tebing karst, goa dan hutan hujan tropis menciptakan lanskap alam yang indah. Bantimurung Buluaraung memikat hati antropolog sekaligus naturalis Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan tersebut untuk meneliti berbagai jenis kupu-kupu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Antara tahun 1856-1857, Wallace berdiam di Maros. Dalam penelitiannya Wallace menyebut Bantimurung merupakan The Kingdom of Butterfly (kerajaan kupu-kupu). Menurutnya di lokasi tersebut terdapat sedikitnya 250 spesies kupu-kupu. Tahun berganti tahun, temuan Wallace diakui dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Taman nasional itu diganjar ASEAN Heritage Park pada acara Sixth ASEAN Heritage Park Conference yang diselenggarakan di Laos, 21-25 Oktober 2019. Kepala Balai Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung, Yusak Mangetan menerima piagam deklarasi tersebut. 

Puluhan wisatawan lokal berenang di air terjun Taman Nasional Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 17 Juli 2017. TEMPO/Subekti.

Sebelumnya, empat taman nasional di Indonesia telah masuk daftar ASEAN Heritage Park; TN Gunung Leuser, TN Kerinci, TN Lorentz, dan TN Way Kambas. Bahkan TN Lorentz telah menyandang predikat Situs Warisan Dunia UNESCO.

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung memiliki luas lebih kurang 43.750 hektare. Secara administrasi pemerintahan, kawasan taman nasional ini terletak di wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Bantimurung berada di kawasan Kabupaten Maros, sementara Bulusaraung berada di wilayah Pangkep.

Taman nasional ini memiliki berbagai keunikan, yaitu tebing karst, gua-gua dengan stalaknit dan stalakmit yang indah, dan yang paling dikenal ialah habitat kupu-kupu. Sungai Maros dibingkai oleh tebing terjal. Alirannya berujung di Danau Kassi Kebo. Jika aliran sedang tidak deras, pengunjung bisa mandi di air terjunnya. Bagi yang ingin mempelajari kehidupan prasejarah bisa mendatangi Gua Prasejarah Leang-leang, yang dindingnya berisi lukisan tangan manusia purba.

Salah satu jenis kupu-kupu yang ada di penangkaran di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung , Maros, Sulawesi Selatan. TEMPO/Zulkarnain

Keindahan lain dapat dijumpai di Pattunuang berupa terbing karst yang menjadi lokasi favorit panjat tebing. Petualangan susur gua juga bisa dilakukan di Bantimurung Bulusaraung, salah satunya susur gua vertikal di Gua Leang Puteh. Gua Leang Puteh memiliki kedalaman sekitar 273 meter dengan lebar sekitar 80 meter. 

Kalau panjat tebing atau susur gua masih belum menantang, silakan mencoba melakukan pendakian di Gunung Bulusaraung yang setinggi 1.353 mdpl. Jalur pendakiannya sekitar dua kilometer dengan sembilan pos pendakian. Di kaku gunung tersebut terdapat Desa Wisata Tompobulu.

Selain kupu-kupu, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung juga menjadi habitat kawanan kera hitam atau yang biasa disebut Karaenta dan tarsius. Dua primata ini biasanya berada di atas pohon eboni, pohon berkayu hitam yang saat ini dilindungi karena kian langka.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus