Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Pekanbaru - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau merawat tiga bayi beruang madu liar yang sebelumnya terlantar karena terpisah dari induknya. Berdasarkan pantuan pada, Selasa, 9/10, tiga ekor bayi beruang itu kini ditempatkan di kandang terpisah di klinik transit BBKSDA Riau di Kota Pekanbaru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketiganya tampak dalam kondisi sehat, aktif dan akrab dengan manusia. Tim medis BBKSDA Riau memberi mereka makan susu bayi lewat botol dan buah-buahan. "Dalam tiga bulan terakhir sejak Agustus 2018, kami menerima bayi beruang madu. Jadi setiap bulan ada satu ekor yang dikirim ke sini," kata Dokter Hewan BBKSDA, Rini Deswita.
Petugas sudah memberi nama bagi setiap bayi beruang yang masing-masing diperkirakan berusia dua hingga tiga bulan itu.Rini menjelaskan, bayi beruang pertama datang pada Agustus 2018 dari Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, dan diberi nama Marsha.
Beruang betina yang diperkirakan berusia tiga bulan itu terpisah dari induknya dan diserahkan oleh warga ke BBKSDA Riau. Dua beruang lainnya berasal dari hutan tanaman industri PT Arara Abadi di Kabupaten Siak dan Pelalawan. Satu ekor yang diterima pada September 2018 diberi nama Madu, dan berkelamin jantan. "Ketika tiba, kondisi badan Madu lemah dan sempat dirawat karena tidak mau makan," katanya.
Sedangkan, bayi beruang yang terakhir datang pada Oktober 2018 diberi nama Cemong dan diperkirakan baru berusia dua bulan. Bayi beruang itu juga terlihat belum terbiasa minum susu pakai dot dari botol.
"Bayi beruang ini minum susu dari botol hingga usia 15 sampai 18 bulan. Untuk selanjutnya akan dilepasliarkan ketika usia dua tahun, karena pada umur itu mereka bisa mandiri," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANTARA