Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Belajar Kisah Panji di Museum Panji Malang

Museum Panji di Malang, Jawa Timur, menawarkan wisata edukasi dan sejarah bagi pengunjungnya.

18 Juli 2019 | 05.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Diorama di Museum Panji, Malang, Jawa Timur. TEMPO | Dian Yuliastuti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Festival Panji Nusantara 2019 baru saja usai digelar di empat kota di Jawa Timur dalam waktu hampir bersamaan sejak 9-12 Juli 2019. Beragam kegiatan, mulai dari seminar, lomba menggambar, pameran visual, lomba tari, dan pertunjukan tari memeriahkan festival yang berlangsung di Blitar, Tulungagung, Kediri dan Malang, ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kendati festival telah usai, masih ada satu tempat yang tepat untuk mengenal dan belajar tentang kisah dan budaya Panji, yakni di Museum Panji. Museum ini terletak di daerah Ringin Anom, Desa Slamet, Tumpang, Malang, menuju arah Gunung Bromo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Museum Panji menawarkan wisata edukasi dan sejarah bagi pengunjungnya. Di area seluas tiga hektare ini, pengunjung akan masuk ke sebuah ruang seperti lobi yang plafonnya berhias cetakan naskah Panji. Bagian sebelah kanan mempunyai panggung kecil dan sebelah kiri ditata meja kursi, puluhan dokumentasi tentang kota Malang, misalnya foto-foto pembukaan jalan menuju Puncak Bromo dan situasi Kota Malang tempo dulu.

Aneka tenong dari berbagai daerah di Jawa Timur, mesin ketik kuno, mesin cetak tua, beragam gerabah juga memperkaya nuansa sejarah di lobi itu. Dari situ pula, pengunjung bisa mengawali perjalanan dengan membayar tiket Rp 20 ribu untuk anak-anak da Rp. 25 ribu untuk orang dewasa. Jika datang berombongan, cukup membayar Rp 5.000 saja.

Pendiri Museum Panji, Dwi Cahyono mengatakan biasanya petugas museum memberikan pengantar untuk mengedukasi pengunjung. "Setelah itu barulah berkeliling," kata dia pada Jumat 12 Juli 2019. Rute berkeliling Museum Panji sebaiknya dimulai dari lobi tadi. Dari situ, pengunjung bisa melihat bangunan seperti gerbang candi yang tersusun dari bata merah dan terlihat beberapa relief di dinding.

Di bawah bangunan itu terdapat kolam renang dan panggung air untuk pertunjukan. Menurut Dwi, replika relief itu ditiru dari relief candi-candi di seluruh Jawa Timur yang mempunyai kisah Panji. "Itu memang replika, tapi dari relief kisah yang premium," ujar Dwi.

Bagi Dwi, museum ini menjadi bagian dari upaya untuk mengenalkan budaya Panji yang sudah masyhur hingga Asia Tenggara.
Melewati sisi kolam yang menjadi panggung air, pengunjung akan diperkenalkan dengan beraneka jenis wayang yang berjejer di dinding.

Masuk ke ruang berikutnya, lebih khusus mengenai kisah Panji yang pada awalnya dikenal dari cerita rakyat yang berkembang dari mulut ke mulut atau cerita lisan seperti Ande-ande Lumut, Bawang Merah Bawang Putih, Timun Emas, Keong Mas, Panji Semirang, Kethek Ogleng, dan Enthit. Penguasa Inggris di tanah Jawa Raffles dan beberapa peneliti asing dan Indonesia menuliskan kisah-kisah Panji ini kemudian.

Sebuah ruangan khusus memuat sepasang patuh Panji dan Sekartaji, cetakan foto tua para penari topeng Panji, lengkap dengan kostum menari. Dwi juga menyusun puluhan topeng beraneka rupa yang menggambarkan Panji dalam pengembaraannya serta sebuah video kisah Panji.

Yang menarik, Dwi sampai menggali tanah untuk tempat diorama perang Ganter ketika Kerajaan Kediri menyerbu Tumapel. Digambarkan sosok Ken Arok menaklukkan ribuan pasukan Kediri yang lengkap dengan tombak, berkuda, dan gajah.

Dengan pasukan yang jauh lebih sedikit namun menerapkan taktik perang yang andal, Ken Arok akhirnya menjebak pasukan Kediri.
Diorama ini memperlihatkan suasana peperangan pasukan kerajaan Kediri - Tumapel. Diorama ini cukup menarik karena terlihat cukup hidup dan seolah-olah mereka berada di pegunungan yang terjal lalu tanah melandai ke dataran yang rata, tempat pasukan Kediri.

Pengunjug bisa melihat dari atas, tapi lebih menarik dari bawah untuk melihat lebih dekat. Masih tersedia lahan kosong yang rencananya akan dilanjutkan untuk diorama hingga kerajaan Majapahit. Di masa Kerajaan Kediri - Majapahit inilah diperkirakan kisah-kisah Panji berkembang.

Cerita Panji berkembang sekitar abad 13, ketika kerajaan-kerajaan Hindu berjaya.
Pengunjung bisa melihat beraneka pecahan keramik kuno dan replika prasasti, patung. Juga pengetahuan tentang letak candi-candi yang memuat kisah Panji. Untuk ini pengunjung harus membuka sebuah kotak yang terpasang di dinding.
Wisatawan Museum Panji juga bisa melihat beraneka peralatan pertanian dan peralatan memasak lengkap dengan replikanya.
Beranjak keluar, pengunjung bisa meneruskan bermain air di kolam atau menjelajah wahana lain yang ditawarkan.

Terdapat wahana kemping, bercocok tanam, dan area tanah lapang yang dikelilingi pepohonan di dekat air terjun sebuah bendungan tua. Dwi merintis pembangunan Museum Panji sejak 2009 dan baru terwujud di 2016. Ia menyebutkan setiap tiga bulan diselenggarakan pertunjukan di panggung air dan acara budaya lain sebagai sarana edukasi kepada masyarakat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus