Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Songkhla - Patung Putri Duyung di Pantai Samila, Songkhla, Thailand Selatan, tetap duduk bersimpuh dengan anggun sambil memegang rambutnya. Dia seolah ingin menunjukkan kalau teror bom yang membuatnya hampir hancur pada 26 Desember 2018, tak turut menghancurkan pesonanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Wali Kota Songkhla, Sommai Intornpratep mengatakan sempat khawatir objek wisata Pantai Samila ini akan redup setelah tragedi bom sehari setelah perayaan Natal itu. Bom rakitan dengan daya ledak redah itu menghancurkan tubuh patung Putri Duyung di bagian ekor.
Dua patung berupa kucing dan tikur yang terletak sekitar 500 meter dari Putri Duyung tadi, juga tak luput dari ledakan. Patung kucing dan tikus ini menjadi simbol dua pulau kecil ada di seberang Pantai Samila.
Hingga kini, pihak kepolisian Thailand masih menelisik pelaku bom tersebut. Pasca-insiden itu, Sommai Intornpratep menjelaskan otoritas setempat menutup Pantai Samila selama satu hari. Kami tak menduga antusiasme wisatawan untuk berkunjung tetap tinggi meski ada teror bom tadi.
Suasana Pantai Samila, Songkhla, Thailand. TEMPO | Yohanes Paskalis Pae Dale
"Kami tak menduga masih banyak pelancong yang datang," ujar Sommai Intornpratep. Kisah patung putri duyung rupanya menjadi salah satu alasan para wisatawan begitu antusias ke Pantai Samila. Pengunjung asal Takengon, Aceh, Indonesia, Supriya misalnya, datang ke Pantai Samila karena ingin melihat langsung patung putri duyung.
Perempuan 44 tahun ini mendengar mitos siapa saja yang bisa memegang dada patung putri duyung, maka cepat atau lambat dia akan datang lagi ke Songkhla. Supriya juga mengetahui cerita rakyat tentang putri duyung yang pernah mampir ke Pantai Samila.
Konon, putri duyung itu sedang menyisir rambut di sebuah batu besar di pinggir Pantai Samila. Saat itu, tiba-tiba dia menyadari kehadiran seorang nelayan yang ternyata sudah memperhatikannya sejak tadi.
Putri duyung itu ketakutan hingga sisirnya tertinggal. Nelayan tersebut mengambil sisir putri duyung. Setiap hari, nelayan kembali ke titik di mana dia melihat putri duyung untuk mengembalikan sisir itu. Namun keinginannya tak kesampaian.
Hingga seorang seniman asal Bangkok, Jitr Buabus membuat patung putri duyung pada 1966. Patung itu diberi nama The Golden Mermaid. Meski artinya Patung Putri Duyung Emas dan memang berwarna kuning berkilauan, patung itu sejatinya tidak terbuat dari emas. "The Golden Mermaid terbuat dari tembaga," kata Sommai Intornpratep.
Pengunjung Pantai Samila rela mengantre untuk berfoto bersama patung tersebut. Di bagian bawah patung masih terdapat karangan bunga dan kertas doa tanda duka karena tragedi bom pada 26 Desember tahun lalu. Teror itu juga meninggalkan bekas berupa sambungan las di bagian ekor patung putri duyung.
Wakil Wali Kota Songkhla, Sommai Intornpratep, menunjukkan bekas ledakan bom yang merusak patung The Golden Mermaid di Pantai Samila, Songkhla, Thailand Selatan, Kamis, 17 Januari 2019. TEMPO | Yohanes Paskalis Pae Dale
Beranjak dari tepi Pantai Samila, pengunjung bisa belanja pernak-pernik di gerai kerajinan. Berbekal uang 100 Baht atau berkisar Rp 50 ribu (kurs Rp 446 per 1 Baht Thailand), pembeli bisa mendapat empat gantungan kunci atau hiasan kulkas berlambang putri duyung. Ada juga replika patung seharga 10 Baht.
Jika bosan berjalan kaki di pasir putih Pantai Samila, wisatawan bisa menyewa kuda dengan membayar 300 sampai 400 Bath, tergantung jawak. Saat beranjak siang dan matahari mulai terik, pengunjung bisa berteduh di bawah pepohonan pinus yang rindang. Mereka bisa menikmati ketan mangga, jajanan khas Negeri Gajah Putih, itu.
Tak perlu khawatir jika penjual kurang lancar, bahkan tak bisa bicara dalam Bahasa Inggris. Mereka terbiasa menggunakan bahasa isyarat dengan jari atau kalkulator. "Mereka juga ramah-ramah," ujar Supriya.
Wisatawan tak perlu membayar tiket untuk masuk ke Pantai Samila. Saat area pesisir pantai, ada Tuk Tuk -sejenis bajaj khas Thailand, yang siap mengantar ke ruas jalan utama Kota Songkhla. Waktu tempuh dari Bandara Internasional Hat Yai ke Kota Songkhla sekitar 30 menit.