Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Chiayi - Taiwan Lantern Festival menjadi ajang pertunjukan budaya dari sejumlah negara, seperti Jepang, China, Malaysia, dan Indonesia. Festival ini ini adalah bagian dari perayaan Cap Go Meh di negeri itu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di panggung festival seluas 50 meter persegi, para peserta menampilkan karya terbaiknya. Perayaan Cap Go Meh pun kian meriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indonesia sendiri pun menampilkan budaya Tari Saman. Pada Jumat sore, 2 Maret, 2018, sekitar 15 orang wanita berbaju Aceh dengan warna mentereng, yakni merah dan kuning mulai masuk ke arena panggung yang berada di lapangan khusua Chiayi.
Tangan penari asal Indonesian ini pun bergerak ke kanan dan ke kiri. Tak lupa, dari posisi mereka yang berdiri, para seniman ini duduk dan saling bertukar posisi. Pertukaran itu untuk membentuk pola tari saman. Ribuan orang pun riuh dan bertepuk tangan usai para penari ini berpentas sekitar lima menit.
Wakil Ketua Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Siswadi T Sibero, mengatakan para penari ini mayoritas merupakan mahasiswa. “Yang tergabung dari persatuan pelajar Indonesia dan berasal dari berbagai universitas,” ujarnya.
Menurut Siswadi, Indonesia selalu ikut dalam setiap acara Taiwan Lantern Festival. Ia berharap, pertukaran budaya ini menjadi salah satu daya tarik bagi Taiwan untuk berinvestasi di Indonesia.
Sebelumnya, Bupati Chiayi, Hwa Kuan Chang, menuturkan ada enam ribu lampion yang ditampilkan dalam Taiwan Lantern Festival. “Lampion ini dari berbagai kalangan,” ujarnya di Chiayi.
Direktur Jenderal Parawisata Kementerian Transportasi dan Komunikasi Taiwan, Chou. Y. Joe, menambahkan pemerintah Taiwan mempersiapkan acara ini selama setahun. “Setelah selesai acara di Tainen pada 2017, kami langsung evaluasi dan mempersiapkan acara selanjutnya,” katanya.
Menurut Joe, tema tahun ini adalah karakter anjing dan anak kecil. Menurut dia, karakter anjing itu menyesuaikan tahun baru Cina dengan shio. Anjing, menurut dia, merupakan lambang kesetiaan dan loyalitas.
Sedangkan anak kecil, lanjut Joe, merupakan simbol keluarga dan kebahagiaan. “Acara lampion ini juga merupakan perpaduan dari tradisonal dan eco-friendly,” ujarnya.
Joe berharap acara ini bakal bisa menarik minat wisatawan luar negeri. Menurut dia, pada penyelenggaraan Festival Lamluon tahun lalu di Tainen, bisa mendatangkan 11 juta wisatawan dari dalam dan luar negeri. “Kami harap tahun ini lebih baik dari jumlah tahun lalu,” katanya.
Festival Lampion Taiwan ini bakal berlangsug hingga 11 Maret mendatang. Untuk persiapannya, pemerintah Kabupaten Chiayai menutup sejumlah ruas jalan. Para wisatawan pun harus memarkir kendarannya di tempat yang disediakan.
HUSSEIN ABRI DONGORAN (Taiwan)