Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah pertokoan dan para pedagang kaki lima atau PKL Malioboro, Yogyakarta kembali berjualan hari ini, Sabtu 10 Oktober 2020. Mereka memberanikan diri untuk berdagang meski tersebar kabar akan ada demonstrasi lanjutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang pedagang cenderamata di Jalan Malioboro, Utami mengatakan sejatinya para pedagang di kawasan wisata Malioboro sudah biasa dengan aksi unjuk rasa. Selain memiliki daya tarik untuk wisatawan, mereka menyadari kawasan Malioboro adalah sentra aktivitas masyarakat karena di sana terdapat kantor DPR DI Yogyakarta, Stasiun Tugu, dan Titik Nol Kilometer yang menjadi titik keramaian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Mau demonstrasi ya silakan, demo juga katanya untuk membela rakyat. Tapi saling menjaga, biar pedagang seperti kami juga bisa tetap mencari rezeki," kata perempuan 68 tahun itu saat ditemui Tempo, Sabtu 10 Oktober 2020. Utami menceritakan kembali apa yang dia alami pada Kamis, 8 Oktober 2020, saat unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja berlangsung dan berakhir dengan kericuhan.
PKL Malioboro kembali beraktivitas seperti biasa pada Sabtu, 10 Oktober 2020. Para pedagang sempat libur dua hari pasca-demonstrasi UU Cipta Kerja yang berakhir ricuh pada Kamis, 8 Oktober 2020. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Saat terjadi bentrok antara demonstran dengan polisi, para PKL Malioboro menjadi saksi 'hujan' batu dari arah pengunjuk rasa ke polisi. Petugas berusaha membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata. Para pedagang kocar-kacir menyelamatkan diri, termasuk Utami.
"Syukurlah, saya dan teman-teman tidak sampai ada yang luka dan barang dagangan utuh. Waktu itu situasinya benar-benar rusuh," ujar Utami. "Demonstrasi yang kemarin ini bikin kami takut, shock, karena baru kali ini di Malioboro seperti itu. Biasanya kalau ada demonstrasi itu cuma jalan biasa, tak ada masalah."
Angkutan wisata tradisional, delman di kawasan wisata Malioboro kembali beroperasi dua hari setelah demonstrasi UU Cipta Kerja yang berakhir ricuh pada Kamis, 8 Oktober 2020. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Akibat kerusuhan tersebut, kawasan wisata Malioboro porak-poranda. Para pedagang tidak bisa berjualan esok harinya karena petugas dan masyarakat bahu-membahu membereskan sisa-sisa kerusahan. Ditambah lagi, menurut Utami, ada isu kalau akan terjadi demonstrasi susulan.
Utami mengatakan, dia dan teman-temannya sesama pedagang di Malioboro tidak masalah dengan demonstrasi untuk menyampaikan aspirasi. Hanya saja, dia berharap para pengunjuk rasa bisa saling menjaga, bahwa Malioboro menjadi kawasan tempat ribuan orang mencari nafkah, sehingga jangan sampai ricuh.
Kondisi kawasan wisata Malioboro setelah kerusuhan akibat demonstrasi menolak UU Cipta Kerja pada Kamis, 8 Oktober 2020. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Di masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari tujuh bulan ini, Utami menambahkan, kunjungan wisatawan ke Malioboro sudah cukup banyak. Namun kondisi itu tidak serta merta membuat wisatawan mampir dan membeli dagangan para pedagang. Sebab itu, dia berharap situasi tetap terjaga, aman dan nyaman.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti bersama Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mementau dan meminta anak buahnya membersihkan sisa-sisa sampah pecahan botol dan plastik di kawasan Malioboro. Mulai dari taman parkir Abubakar Ali hingga Titik Nol Kilometer. "Malioboro ini gerbang utama Kota Yogyakarta, harus segera kami pulihkan," kata Heroe Poerwadi.