TUBUH Feng Tianhong telentang. Lalu melengkung. Praktis tumpuan berat badannya hanya dari pinggang sampai pundak. Selebihnya mengawang di udara dan membuat berbagai gerakan. Kedua tangan dan kakinya melingkar di kepalanya dan kemudian membentuk bunga. Musik mengalun lembut. Tapi mendebarkan. Karena di atas telapak tangan, telapak kaki, dan kepalanya bersusun gelas-gelas yang penuh air. Air itu sama sekali tak tumpah. Feng kemudian memutar seluruh tubuhnya. Hup! Kini ia menelungkup. Aneh, gelas itu tidak jatuh. Setitik air pun tak tumpah. Penonton menahan napas. Ini tergolong adegan puncak dan menjadi penutup atraksi kelenturan tubuh pertunjukan China Shenyang Acrobatic Troupe (CSAT). Grup akrobat dari Cina ini sampai akhir September menggelar kebolehannya di klub malam Dynasty, Glodok Plaza, Jakarta. Setiap malam dikunjungi sekitar 1.500 penonton Sejak hubungan diplomatik Indonesia-RRC dibekukan 21 tahun silam, belum satu pun ada rombongan kesenian dari Negeri Panda manggung di sini. Yang kerap datang adalah duta olah raga mereka, misalnya pemain-pemain bulu tangkis. Niat mendatangkan CSAT sudah lama. Kontrak dilakukan akhir Juni lalu di Hotel Inter-Continental Singapura antara Ketua Umum Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) Nyonya Alamsiah Ratu Perwiranegara dan perwakiian dagang RRC di Singapura, Liang Dong. Penandatanganan kontrak ini disaksikan oleh Dubes RI untuk Singapura (waktu itu) Rais Abin dan pengusaha Tong Djoe. Akrobatik Cina ini memang untuk amal. PPMTI membutuhkan dana untuk membeli alat-alat transplantasi mata dan unit-unit mobil "Preventive Blindness". Peralatan itu akan disebar ke daerah. "Diharapkan bisa membantu 14 cabang PPMTI di seluruh Indonesia," kata Nyonya Siti Bambang Oetoyo, Ketua Bidang Dana-Logistik PPMTI. Semula, CSAT akan digelar di Balai Sidang atau minimal gedung basket Senayan. "Tapi penuh semua, sementara CSAT hanya mau main pada Agustus-September ini," ujar Nyonya Bambang. Manggung di Dynasty, yang diklaim sebagai klub malam termegah di Asia, harga tiket pun menjadi tinggi, Rp 80 ribu per orang. Tapi itu termasuk makan malam. Usai makan itulah selama 2 jam akrobatik dengan 35 artis ini menunjukkan kebolehannya. Pentas dibuka dengan lagu Bengawan Solo, yang dimainkan oleh 9 pemusik. Lalu bermunculan artis yang bertubuh bagai plastik ke atas arena. Nomor-nomor awal belum mendebarkan. Permainan ketangkasan, yang memang harus diakui tekniknya jauh lebih tinggi dibandingkan akrobat lain yang pernah muncul di Jakarta. Selain kelenturan tubuh, nomor kuat adalah "kursi bertingkat". Delapan artis membentuk formasi saling menyangga dengan bantuan kursi. Dan kaki kursi hanya dua yang menyentuh bidang, dua lainnya mengambang. Keseimbangan dan ketangguhan fisik diuji. Sebab, setiap pemain harus menahan beban yang tidak enteng, agar kursi tetap pada posisinya. Bergeser sedikit saja bakal berantakan. Tak semua nomor yang dipamerkan mengundang ketegangan. Ada yang lucu, misalnya Tari Singa. Enam ekor singa-singaan, masing-masing dengan dua pemain, begitu lincah berjoget di atas bola yang menggelinding. Kelihatannya sepele, tapi sebetulnya mereka sangat terlatih. Dua pemain di atas satu bola, menjaga keseimbangan dalam posisi tubuh yang tertutup dan menyatu. Lalu dua artis berdiri di atas singa itu. Sementara itu, bola menggelinding di atas papan timbangan. Ayo, siapa bilang itu mudah? Di Daratan Cina ada lebih dari seratus grup akrobatik. Grup Shenyang ini yang tertua. Berdiri tahun 1951, grup ini beranggotakan 150 orang. Mereka sudah berkeliling di 40 negara, baik di Benua Amerika maupun Eropa dan Afrika. "Kali ini kami ke Indonesia, khusus untuk memenuhi undangan PPMTI," kata Xing Bingxun, direktur CSAT, kepada Liston Siregar dari TEMPO. Tak semua anggotanya dibawa ke Indonesia. Selain 35 artis, Xin membawa pemain musik dan pelatih. Semuanya berjumlah 59 orang. Xing menyebutkan, bintang akrobatnya saat ini adalah Feng Tianhong, "gadis plastik" yang kini berusia 20 tahun. Lalu Zhou Liqing, pemain trapeze. "Di negara kami, kedudukan mereka sejajar dengan profesor," kata Xing. Zhou membenarkan status sosialnya lebih tinggi dari rata-rata kaum intelektual di negerinya. Ia terjun sebagai pemain akrobat tatkala usianya 12 tahun. "Jaminan sosialnya tinggi," kata Zhou, yang sekarang berusia 28 tahun ini. Yusron Henridewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini