Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Dengarkan Kata Wisatawan tentang Pasar Beriman Tomohon di Sulawesi Utara

Pasar Beriman Tomohon terkenal sebagai destinasi wisata kuliner ekstrem. Ketahui apa kata wisatawan yang berkunjung ke sana.

16 Januari 2021 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pedagang menjajakan daging kelelawar dan tikus di Pasar Beriman Tomohon, Manado, Sulawesi Utara, 14 Desember 2015. Jelang perayaan Natal dan Tahun Baru, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam daging ekstrim seperti Anjing, Babi, Kelelawar dan tikus terus meningkat. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pasar Beriman Tomohon di Sulawesi Utara, terkenal sebagai tempat bahan makanan ekstrem. Di sana, para pedagang menjual daging anjing, babi, kelelawar, ular, biwak, dan lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arkeolog yang juga warga Bitung, Hari Suroto mengatakan, apa yang dijual di Pasar Beriman tak lepas dari budaya masyarakat Minahasa yang menyukai kuliner ekstrem. Hari Suroto pernah mengantarkan wisatawan asal Belanda mampir ke Pasar Beriman pada Februari 2020, sebelum pandemi Covid-19 merebak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat itu, sejumlah wisatawan yang dia ajak berkeliling sedang menjalani wisata tracing your roots. Wisata minat khusus ini merupakan aktivitas melacak silsilah atau jejak leluhur keluarga yang pernah tinggal di Indonesia. Setibanya di Pasar Beriman dan melihat bagaimana hewan diperlakukan di sana, Hari mengatakan, wisatawan yang dipandunya merasa tidak nyaman.

"Mereka merasa iba dan tidak nyaman melihat sekumpulan anjing serta binatang lain dikurung, dan siap menunggu ajal," kata Hari Suroto kepada Tempo, Sabtu 16 Januari 2021. "Ini bukan tampilan yang bagus dan tidak elok ditampilkan di depan wisatawan."

Hari Suroto yang kerap mengantar sesama peneliti berkeliling ke sejumlah tempat di Indonesia, ini mengatakan, pada umumnya wisatawan mancanegara adalah pecinta hewan. Kendati kuliner daging hewan ekstrem sudah menjadi bagian dalam budaya Minahasa dan tidak bisa dihilangkan, menurut dia, sangat tidak elok menunjukkan binatang masih hidup yang dikurung dan dibunuh di tempat.

Ketika wisatawan berkunjung ke Pasar Beriman Tomohon, Sulawesi Utara, sebgian dari mereka mengambil gambar dan mengunggahnya ke media sosial. Foto-foto yang tersebar di media sosial tentang Pasar Beriman, menurut Hari Suroto, menggambarkan suasana yang cukup mengerikan karena menunjukkan ceceran darah hewan atau raut wajah sedih binatang yang dikurung menunggu kematian.

Wisatawan Belanda yang dipandu oleh Hari Suroto berulang kali menganggukkan kepala tanda tidak suka. "Orang Belanda punya bahasa tubuh yang berkebalikan dengan orang Indonesia. Ekspresi tidak suka mereka ditunjukkan dengan menganggukkan kepala dan bicara berulang-ulang kalau mereka bukan pemakan daging anjing," ucap Hari.

Pasar Beriman Tomohon, Sulawesi Utara, memang tidak masuk dalam destinasi wisata prioritas. Tidak ada pula dalam agenda daftar destinasi wisata agensi tur. Biasanya wisatawan datang ke Pasar Tomohon atas inisiatif sendiri karena mengetahui popularitasnya sebagai tempat kuliner ekstrem.

Wisatawan bisa datang ke Pasar Beriman dengan ditemani pemandu atau sendiri. Tidak ada yang melarang mereka masuk dan blusukan ke dalam pasar. Masyarakat lokal dan para pedagang di Pasar Beriman, menurut Hari Suroto, juga sudah terbiasa dengan kunjungan wisatawan.

Wisatawan asal Cina umumnya memperhatikan dengan biasa saja segala aktivitas di Pasar Beriman Tomohon. "Mungkin mereka sudah terbiasa dengan perdagangan hewan liar di Wuhan," katanya. "Bahkan wisatawan asal Cina menganggap Pasar Beriman lebih bersih dari pasar serupa di sana."

Hanya saja, respons dari wisatawan asal Eropa sebaliknya. Mereka kasihan pada binatang yang dikandangkan dan terlihat tidak nyaman. Termasuk aroma menyengat saat anjing atau kucing dibakar untuk menghilangkan bulu-bulunya.

Hari Suroto menyarankan pemerintah membenahi Pasar Beriman Tomohon. Caranya, pedagang dilarang menjual hewan hidup, membunuh hewan di tempat, dan membakar bulu-bulunya. Pengelola pasar juga perlu memperhatikan kebersihan agar darah binatang tidak berceceran.

Perlu juga penerapan aturan bagi pemburu atau pedagang satwa liar untuk mengurus izin pemanfaatan sesuai kuota. "Walaupun kuota pemanfaatan satwa liar sangat sulit diterapkan untuk pedagang di pasar tradisional karena alasan budaya, maka perlu sosialisasi dan pendampingan dari komunitas pecinta satwa," kata Hari Suroto. Pemerintah pun dapat mengembangkan wisata ecoturism berkelanjutan, misalkan dengan mengajak wisatawan yang berkunjung ke Pasar Beriman untuk berdonasi buat komunitas pecinta hewan di Sulawesi Utara.

Hari Suroto menambahkan, umumnya wisatawan yang datang ke Sulawesi Utara akan berkunjung ke Bunaken untuk menikmati keindahan alam dan pesona bawah laut. Mereka juga menyaksikan kehidupan monyet pantat merah dan monyet tarsius yang terkecil di dunia di Taman Nasional Tangkoko. Di sela agenda itu, wisatawan yang penasaran dengan kuliner ekstrem akan mampir ke Pasar Beriman Tomohon.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus