Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram – Masyarakat Desa Lenek, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, menggelar Festival Ngejot di lapangan Raden Wirangbaya. Di sana, berkumpul 1.250 duta seserahan yang masing-masing menyunggi sampak atau nampan berisi makanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setiap nampan berisi jenis hidangan berbeda. Ada kanduk jangan klor atau daging sapi yang dimasak dengan santan khas Desa Lenek, ayam pelalah, ayam pelalah telur opor, ayam kelak bagik atau sayur asam, dan satai pusut atau satai yang terbuat dari kelapa, tak ketinggalan buah-buahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Kelompok Sadar Wisata Baloq Dasa, Mulyadi mengatakan, ngejot menjadi sarana untuk meningkatkan tali silaturahmi dalam keluarga dan masyarakat. Musababnya, pada saat itulah anak-anak berkunjung ke rumah orang tua dan saling bertegur sapa dengan tetangga yang sudah lama tak bersua. "Sebab itu kami menjadikan tradisi ngejot menjadi festival," kata Mulyadi yang juga Kepala Seksi Kesra di Desa Lenek Pesiraman kepada Tempo, Selasa, 3 Mei 2022.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah (berkaos putih) beserta istri, Niken Saptarini Widyawati, mengikuti Festival Ngejot di lapangan Raden Wirangbaya, Kabupaten Lombok Timur, NTB, pada Ahad, 1 Mei 2022. Dok. Mulyadi
Festival Ngejot berlangsung pada Ahad, 1 Mei 2022 atau sehari sebelum lebaran. Selepas salat asar, masyarakat berkumpul di lapangan dengan membawa nampan yang dalam bahasa Suku Sasak disebut sampak atau dulang. Para pembawa dulang berasal dari berbagai tempat, antara lain Lenek Pesiraman, Lenek Induk, Lenek Kali Bambang, dan Lenek Daya, Lombok.
Di lapangan Raden Wirangbaya terdapat panggung tempat para tetua adat duduk. Hadir pula Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Wakil Bupati Lombok Timur, Rumaksi. Festival Ngejot diawali dengan pembacaan aksara Jawa kuno yang tertulis di daun lontar. Tulisan itu berisi riwayat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang dibacakan beberapa orang, yakni pemaos atau penembang, penerjemah, dan pendukung.
Festival Ngejot berlangsung di lapangan Raden Wirangbaya, Kabupaten Lombok Timur, NTB, pada Ahad, 1 Mei 2022. Dok. Mulyadi
Dalam Fetival Ngejot, orang-orang yang menjunjung nampan kemudian memberikannya kepada orang tua sebagai simbol persiapan menyambut Hari Raya Idul Fitri pada esok hari. "Tradisi ngejot bermakna membahagiakan orang tua dengan kehadiran anak-anaknya menjelang lebaran," kata Ketua Panitia Festival Ngejot, M. Tahir Royaldi.
Masyarakat Suku Sasak mengartikan kata ngejot sebagai bejango atau kunjungan. "Kalau dalam bahasa Arab sama dengan silaturahmi," ujar Tahir. Menurut dia, warga Desa Lenek dua kali berkunjung ke rumah orang tua mereka, yakni di hari terakhir Ramadan dan awal Syawal.
Festival Ngejot berlangsung di Desa Lenek, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, pada Ahad, 1 Mei 2022. Dok. Mulyadi
Pada H-1 lebaran untuk minta maaf jika berada di luar daerah sekaligus membawa nampan berisi makanan. Esoknya pada Hari Raya Idul Fitri kembali datang untuk merayakan lebaran. "Maknanya bukan sekadar membawa badan dan dulang, namun mohon ampun atas segala dosa karena selama ini belum bisa menyenangkan orang tua lantaran tinggal berjauhan. Terimalah sungkem kami," ujar Tahir.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.