Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Film Tilik Kembali Jadi Trending Topic, Ada yang Sebut Tak Ada Nilai Edukasinya

Ada yang berpendapat film pendek Tilik ini tidak memiliki nilai edukasi dan memenangkan penyebar hoax.

22 Agustus 2020 | 16.47 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Film Tilik yang ditayangkan di kanal Youtube Ravacana Films. Foto: Twitter Ravacana Films.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Film Tilik kembali menjadi trending topic di Twitter. Percakapan mengenai film yang menceritakan tentang ibu-ibu sekampung dengan menumpak truk berangkat ke kota di Yogyakarta untuk menengok Bu Lurah yang sakit itu sampai dibicarakan lebih dari 17.400 kali dengan kata Tilik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dimulai dari cuitan Hikmat Darmawan, penulis lepas di berbagai media nasional, pada 19 Agustus 2020. "Kemarin nonton Tilik. Dan kesal. Eh hari ini trending, dipuji-puji. Sheesh. Itu film, teknisnya bagus. Tapi idenya buruk. 1. Stereotyping parah pada para ibu-ibu. 2. Endingnya bertentangan dengan jualannya yang katanya bahas isu maraknya hoax dan disinformasi," cuitnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menuturkan, persoalan hoax itu masalah genting di negeri ini sudah ada pada 2018 tahun film Tilik dibuat. "Isu hoax ini udah genting, makan korban, bisa mematikan. Apalagi sekarang. Isu hoax nggak butuh ironi ala ala kayak gitu sih," Hikmat menambahkan. 

Pendapat Hikmat ini didukung oleh Rory Asyari, wartawan Metro TV pada Jumat menjelang tengah malam, 22 Agustus 2020. Ia merasa film pendek yang diproduksi Ravacana bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY itu tidak memiliki kontribusi untuk mendidik bangsa. 

"Materi edukatif film ini nol. Nihil. Semua soal prejudice, fitnah, stigmatisasi perempuan, dan kemenangan hoax maker," cuitnya. 

Film Tilik produksi Ravacana Films. Foto: Twitter Ravacana Films.

Rory mengaku terganggu dengan akhir cerita film yang menonjolkan karakter Bu Tejo ini. "Penyebar hoax dan fitnah justru menang. Pihak yang berjuang untuk ngeyakinin cek dulu kebenaran info di internet (check before you share) malah dikalahkan. Terlebih lagi di tengah situasi di mana desas-desus, hoax, teori konspirasi ngawur, budaya malas baca dan riset lagi marak-maraknya," cuitnya. 

Ia menambahkan, stigmatisasi di film Tilik yang disutradarai Wahyu Agung Prasetyo ini amat kental. "Perempuan pedesaan dianggap bodoh, biang gosip, tong kosong nyaring bunyinya. Padahal perempuan desa di Jawa yang tangguh, berbobot dan pinter buanyak. Di filmini, yang berisi dan bijak kalah suara, yang mustinya kita tiru, jadi dikesankan dungu," cuitnya menambahkan. 

Cuitan Rory inilah yang memicu perdebatan di Twitter. Banyak yang tidak setuju terhadap opini Rory tapi ada juga yang mendukungnya. "No Rory. Justru hal-hal kecil yang baik di Tilik lalai begitu saja. Mengunjungi dan menjenguk orang sakit buat itu perbuatan mulia. Materi edukatif nol? Tilik justru ngajarin kita untuk belajar berempati, bersyukur, menjaga silaturahim, banyak," cuit @ikramwiese pada Sabtu, 22 Agustus 2020. 

Ada yang memiliki pandangan sedikit berbeda tentang bagaimana menonton film. "Baca kritik soal Tilik bikin pengen bilang: yuk biasain nonton film tanpa nyari pesan morak. Kadang film itu cuma media ekspresi, hiburan, dan representasi sosial. Film gak harus selalu ada objektif soal pendidikan moralnya," cuit @katrinahums. 

Sutradara Angga Dwimas Sasongko pun ikut menanggapi tentang Tilik. "Dialektika antara film Tilik dan  mas @hikmatdarmawan adalah situasi yang saya sebagai filmmaker impikan. Gagasan dari karya diuji oleh kritikus. Saya menikmati filmnya, dan menikmati tulisan kritiknya. Dari keduanya saya belajar. Asik kan!" cuit Angga, dua jam lalu. 

Satu jam kemudian, giliran sutradara Joko Anwar memberikan pendapatnya. "Seingat saya, baru kali ini ada film pendek mengundang begitu besar perhatian, diskusi serta perdebatan yang sangat ramai dan menarik di Indonesia. Ini saja sudah satu pencapaian besar buat film Tilik. Great job, buat kru dan pemain. Salut dan selamat," cuitnya, dua jam lalu. 

Di Youtube, film produksi 2018 ini sudah ditonton 5,8 juta kali sejak tayang perdana di kanal Ravacana Films pada 17 Agustus 2020. Film sepanjang 32 menit ini menonjolkan karakter Bu Tejo yang nyinyir, doyan menggosip, tapi seperti katanya sendiri, solutif. 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus