Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Layang-layang menjadi salah satu permainan tradisional yang hingga saat ini masih dimainkan. Permainan layang-layang memiliki penggemar dari beragam kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saking eksisnya permainanyang satu ini sampai-sampai ada hari khusus yang diperingati sebagai hari layang-layang internasional yang jatuh setiap tanggal 14 Januari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Permainan layang-layang sudah eksis di berbagai belahan dunia. Permainan yang satu ini tidak hanya sekedar permainan biasa. Bermain layang-layang bisa menjadi saran hiburan sekaligus silaturahmi sesama penggemar layang-layang.
Pada saat peringatan hari layang-layang internasional penggemar layang-layang akan hadir dan berkumpul bersama untuk menerbangkan layangan mereka dan saling adu layangan siapa yang bisa terbang paling tinggi.
Pada perayaan hari layang-layang internasional yang diadakan di Gujarat, India mengundang 143 peserta yang berasal dari negara berbeda-beda. Setidaknya ada 47 orang yang mewakili negaranya dalam acara tersebut. Kepala Menteri Gujarat turut hadir dalam acara tersebut menandai layang-layang sebagai salah satu permainan tradisional yang memiliki hubungan kuat dengan masyarakat India.
Selain di Gujarat, festival layang-layang juga telah menjadi tradisi masyarakat Ahmedabad. Festival layang-layang yang dikenal dengan nama Uttarayan telah menjadi salah satu festival yang mendunia.
Awal Mula Perayaan Hari Layang-layang Internasional
India merupakan negara yang memiliki tradisi kuat tentang layang-layang. Peringatan hari layang-layang internasional pertama kali mengakar dari sebuah tradisi yang lahir di Gujarat. Tradisi tersebut dinamakan dengan tradisi Makar Sankranti. Tradisi Makar Sankranti awalnya merupakan tradisi yang menandai dimulainya masa pergantian musim panen. Orang-orang akan turut memeriahkan hari ini dengan memainkan layang-layang dan langit akan dipenuhi dengan layang-layang warna-warni.
Menerbangkan layang-layang saat pergantian musim panen di India memiliki filosofi yang berhubungan dengan nilai-nilai kepercayaan yang dianut masyarakatnya. Orang-orang India mengaitkan layang-layang yang melayang di udara sebagai perlambangan roh para dewa yang terbangun dari musim dingin.
Sebelum populer di kalangan masyarakat India secara umum layang-layang dulunya merupakan permainan yang hanya diperuntukkan bagi kelas-kelas bangsawan dan orang sangat kaya di India. Tetapi setelah sekian lama layang-layang semakin dikenal luas terutama sejak diadakannya festival layang-layang. Kini layangan-layang sudah dimainkan untuk masyarakat secara umum di India.
Meski layang-layang kian populer di India, melansir dari laman Days Of The Year layang-layang berasal dari Cina dan telah ada sejak 2.000 tahun lalu. Salah satu legenda mengatakan seorang petani Cina mengalami kesulitan untuk memprtahankan topinya saat tertiup angin, jadi ia mengikatnya dengan seutas tali. Ketika angin bertiup ia berpegangan dengan ujung tali dan jadilah layang-layang pertama. Melansir dari lamana National Day Calender ada juga bukti yang menunjukkan bahwa masyarakat Kepulauan Laut Selatan telah menggunakan layang-layang untuk memancing bersamaan dengan masyarakat Cina.
Layang-layang tidak hanya sebagai permainan biasa tapi layang-layang di sebagaian tempat dianggap sebagai tradisi, hobi, atau kompetisi. Banyak acara internasional yang membuat kompetisi layang-layang. Pada 2005 Abdulrahman Al Farisi dan Faris Al Farisi menerbangkan layang-layang terbesar di dunia dengan panjang 25,475 meter dan lebar 40 meter. Layang-layang tersebut diterbangkan di Hala Kuwait di Kota Kuwait.
Tidak hanya di negara India beberapa negara lainnya juga sering menyelenggarakan festival layang-layang internasional di antara yang paling populer ialah festival layang-layang Weifang Cina; festival Hua Hin Thailand; festival Bali, Indonesia; dan Berck-sur-Mer, Prancis.
Ellya Syafriani, Yolanda Agne dan Puspita Amanda Sari berkontribusi dalam tulisan ini.
Pilihan editor: Bahaya Aktivitas Drone, Balon Udara dan Layang-layang untuk Penerbangan