Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogakarta - Iklan rokok yang berada di Stasiun Tugu Yogyakarta kini sudah tak ada lagi. Papan iklan yang awalnya bertebaran di banyak sudut stasiun itu sudah dipasangi kain batik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tampak di tiang-tiang stasiun yang sebelumnya terpampang iklan produk rokok, kini sudah berubah jadi kain batik. Neon box yang awalnya iklan rokok ditutupi dengan kain batik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 6 melakukan pergantian itu untuk menonjolkan dan meletakkan kain batik sebagai warisan budaya. “PT KAI Daerah Operasi 6 tidak mau ketinggalan untuk ikut serta melestarikan batik sebagai salah satu kekayaan budaya nasional yang harus dilestarikan,” kata Eko Budiyanto, Manager Humas PT KAI Daerah Operasi 6, Kamis, 25/10.
Sebelumnya, PT KAI juga sudah menyelenggarakan Jogja Internasional Batik Bienelle (JIBB) di Pagelaran kraton Yogyakarta, pada 3 Oktober lalu. Kini kain batik menjadi penghias yang langsung bisa dinikmati para pengguna jasa moda transportasi ini.
“Kami akan terus berbenah. Batik adalah salah satu ikon yang kami tonjolkan di stasiun,” kata Eko. Dia mengatakan PT KAI akan selalu memperindah stasiun supaya pengguna jasa kereta api lebih nyaman. “Juga kangen dengan stasiun karena memiliki kekhassan dalam penampilan.”Stasiun Tugu Yogyakarta. dok.TEMPO/Pius Erlangga
Dengan pemasangan kain batik tersebut, juga beberapa pembenahan lain sebelumnya, stasiun Tugu kini menjadi salah satu lokasi yang instagramable. Begitu masuk melalui pintu sebelah utara pengguna jasa kereta api sudah disambut dengan taman air mancur dan hiasan wayang Punokawan yang dipajang di jalan Margo Utomo.
Lalu di halaman timur stasiun terlihat bersih dan kian manis oleh taman serta pepohonan yang membuat sejuk. Di saat senja, ketika gemerlap lampu taman menyala, terasa nuansa romantis.
Saat ini di halaman selatan stasiun juga dihiasi lokomotif jenis lok D 300 bercat hijau. Itu menambah kekhasan stasiun besar Yogyakarta tersebut.
Di area selatan stasiun yang dulunya kumuh karena banyak bedeng kios, kini semakin indah. Sepanjang jalan Pasar Kembang sudah bersih dan bisa untuk nongkrong sembari nunggu jam berangkat kereta api.
Pedestrian yang cukup lebar dilengkapi lampu taman dan tempat duduk yang terpasang rapi di sepanjang pedestrian.
“Saat tiba di Yogya melalui Stasiun Tugu, suasana asri. Sisi selatan yang dulu kumuh, sekarang lebih lega dan bersih. Ada lokomotif juga yang menjadi hiasan,” kata Zaenuddin, 47 tahun, warga Jakarta pengguna jasa kereta api.
MUH SYAIFULLAH (Yogyakarta)