Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini, nama Angling Dharma terangkat lagi karena kehebohan masyarakat adanya Kerajaan Angling Dharma di Pandeglang, Banten.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kerajaan tersebut dipimpin Iskandar Jamaludin Firdaus, pria paruh baya asal Pandeglang, Banten, yang mengklaim dirinya merupakan keturunan dari berbagai kerajaan dan kesultanan di Tanah Air. Selain mengklaim dirinya sebagai raja dengan sebutan Baginda Sultan, Iskandar Jamaludin Firdaus juga mengaku telah membangun puluhan rumah warga sejak 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angling Dharma, kata-kata ini terdengar tidak asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Serial televisi antara tahun 2000-2005 yang telah memenangkan berbagai penghargaan. Serial yang mengisahkan tentang cerita Raja Malawati bernama Angling Dharma.
Kisah Angling Dharma dikenal sebagai legenda yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Melansir laman dailysia.com, legenda ini sudah dikenal sejak masa Hindu-Buddha. Melalui sastra lisan, legenda ini berkembang dari mulut ke mulut. Legenda ini mengambil latar tempat yang sesuai ketika kisah ini dibuat, seperti letak sungai, laut, bahkan tumbuh-tumbuhan. Sehingga, tak sedikit masyarakat yang mempercayai legenda ini.
Legenda ini mengisahkan Raja Angling Dharma yang mempunyai kesaktian dan kemampuan untuk berbahasa binatang. Ia mendapat kemampuan ini karena telah menyelamatkan gurunya, Baginda Nagaraja. Raja yang gemar mengembara ini mendapat hukuman karena telah mengikari janjinya untuk setia dengan pasangannya. Alhasil, ia dibuang ke hutan.
Ketika di hutan, ia bertemu dengan ketiga putri raja Merusupadma, raja raksasa di hutan itu. Ketiga putri itu bernama Kenanga, Cempaka, dan Kantil. Angling jatuh cinta kepada mereka dan menikahinya. Namun, suatu ketika, Angling memergoki ketiga istrinya ini memakan bangkai manusia. Hal ini membuat ketiga istrinya marah dan mengutuk Angling menjadi burung belibis putih.
Mengutip jurnal “Nilai Pendidikan Budi Pekerti dalam Naskah Cerita Rakyat Prabu Angling Darma” karya Eko Putro pada 2019, memperlihatkan bahwa tokoh Angling Dharma memberi sosok teladan yang memberi nilai keadilan, jujur, kasih sayang, pemaaf, dan rendah hati.
Dalam kisah ini, Kerajaan Malawati memiliki rakyat yang sejahtera dilihat dari lingkungan yang subur dan makmur. Hal ini karena keadilan yang dimiliki oleh Angling. Selain itu, Angling juga memiliki sifat yang jujur. Seperti pada cerita ia mengakui kesalahan ketika salah membidik panahnya ke seekor ular tampar yang meleset ke Naga Gini, sahabat istrinya.
Selain itu, Angling memiliki sifat yang rendah hati. Angling merasa iba kepada seorang nenek-nenek. Kemudian ia membaca doa agar nenek tersebut segera disembuhkan.
Dan, tiba-tiba masyarakat dikejutkan lelaki mengaku raja dari Kerajaan Angling Dharma yang berlokasi di Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi, Pandeglang, Banten.
JACINDA NUURUN ADDUNYAA