Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Jadi Ikon Wisata, Yogyakarta Perbanyak Becak Kayuh Listrik di Kawasan Malioboro

Keberadaan becak kayuh dengan tenaga alternatif listrik ini diharapkan bisa menggantikan becak motor di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta.

11 Desember 2024 | 15.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Becak kayuh atau becak tradisional telah menjadi kendaraan ramah lingkungan yang juga salah satu ikon pariwisata di Yogyakarta. Meski keberadaan becak kayuh ini mulai tergerus dengan maraknya becak motor atau bentor, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berupaya tetap mempertahankan keberadaannya. Secara bertahap, DIY mentransformasi becak tradisional menjadi becak kayuh listrik atau yang disebut becak kayu tenaga alternatif (Berkreatif).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga tahun berturut-turut atau sejak 2023 hingga 2025 ini, Pemerintah DIY terus memperbanyak jumlah becak listrik melalui anggaran dana keistimewaan atau danais setiap tahunnnya. Becak listrik itu lantas dihibahkan pada komunitas becak kayuh untuk dioperasikan terutama di kawasan Malioboro dan sekitarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tahun 2023 mulai pengadaan becak kayuh listrik sebanyak 50 unit, lalu pada 2024 ini tambah 40 unit lagi dan 2025 nanti sebanyak 50 unit lagi," kata
Paniradya Pati Kaistimewan, bagian yang menangani pengelolaan dana keistimewaan Pemda DIY Aris Eko Nugroho pada Rabu, 10 Desember 2024.

Karena menggunanakan dana keistimewaan alias bukan dari APBD, Aris mengungkap alokasi anggaran untuk becak listrik baru dilakukan setelah adanya persetujuan pemerintah pusat. Adapun kebutuhan anggaran untuk membuat satu unit becak listrik ini kurang lebih sekitar Rp50-an juta atau total sekitar Rp 2 miliar lebih setiap kali pengadaan tiap tahunnya.

Becak Kayuh dukung Sumbu Fiolosofi

Sebagai transportasi ramah lingkungan, makin banyaknya populasi becak listrik juga diharapkan mendukung kawasan wisata Sumbu Filosofi Yogyakarta yang salah satunya melintasi jalur Tugu - Malioboro - Keraton Yogyakarta.

"Becak listrik ini menjadi bagian penataan kawasan Malioboro sebagai area no emission zone yang menjadi bagian Sumbu Filosofi saat ditetapkan warisan budaya dunia UNESCO," kata dia.

Dengan ditetapkannya Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia oleh UNESCO, terdapat konsekuensi untuk menjaga kebersihan lingkungan dari polusi udara. Target no emission zone di kawasan Sumbu Filosofi salah satu upaya menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan dari polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor.

Menggantikan Becak Motor 

Keberadaan becak kayuh dengan tenaga alternatif listrik ini diharapkan bisa menggantikan becak motor. Seperti diketahui, becak motor tidak sesuai dengan regulasi, dan tentunya menimbulkan polusi padahal becak seharusnya menjadi kendaraan ramah lingkungan. Nantinya, diharapkan, becak yang beroperasi di kawasan Malioboro hanya becak yang benar-benar ramah lingkungan.

Lokasi pengisian daya becak kayuh listrik ini bisa dari mana saja, bahkan dari rumah. Namun, untuk mendukung ekosistem becak tersebut, di kawasan Malioboro telah dibangun charging station. Charging station becak listrik berada di tempat khusus parkir Ketandan di Jalan Ketandan Wetan, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.

Isi daya becak listrik ini juga bisa diakses secara gratis. Pengecasan memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam.

“Kalau rute becak ini seperti biasa, dari Malioboro bisa ke mana saja. Tetapi memang harapan kami sebenarnya itu untuk men-support kawasan Malioboro," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus