Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisatawan yang berencana berkunjung ke Kota Yogyakarta akhir pekan ini, jangan lewatkan aksi pertunjukan menarik yang digelar Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta di kawasan Jalan Malioboro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Event seni dan budaya bertajuk Jogja Cross Culture atau JCC itu akan dihelat meriah pada Sabtu, 20 Mei 2023 mulai pukul 19.30 WIB, bertepatan dengan car free night di Jalan Malioboro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengusung tema Tatag, Teteg, Tutug, event ini akan diramaikan aksi ansambel perkusi hasil kolaborasi para seniman perkusi, sound artist, lighting performance, bersama pelaku seni budaya dari 14 kecamatan di Kota Yogyakarta.
“Bagi Yogya, JCC telah menjadi satu ikon perhelatan seni lintas budaya yang dikemas dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seni pertunjukan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, Selasa, 16 Mei 2023.
Perhelatan JCC ini sebagai upaya pemanfaatan Malioboro sebagai ruang publik selayaknya juga menjadi ruang budaya yang mengekspresikan capaian-capaian peradaban Kota Yogyakarta dan terbuka untuk keragaman budaya.
“Spirit yang dibawa dari event ini menegaskan, Malioboro bukan hanya sebagai pusat perbelajaan, Malioboro memiliki sejarah panjang melahirkan banyak seniman besar yang berkontribusi dalam memperluas kota dengan imajinasi dan pikiran penikmatnya,” kata Yetti. "Oleh sebab itu, penting untuk terus menghidupkan ikon seni budaya ini untuk menjaga geliat para seniman dalam menciptakan produk-produk seni di Yogya."
Daniel Caesar sebagai kurator event itu mengatakan ide dan gagasan Jogja Cross Culture tahun ini berangkat dari kekayaan instrumen perkusi Indonesia yang merepresentasikan wajah multi-rasial yang ada di nusantara. “Dari refleksi itu, Yogyakarta digambarkan sebagai Indonesia mini menjadi tempat strategis untuk menyuarakan dan merayakan keragaman,” kata dia.
Juga karena perkusi lahir dengan alat-alat yang sederhana, JCC kali ini akan mengembalikan perkusi ke rakyat dengan gerakan musikal yang disebut dengan body percussion.
Seperti Wasis Tanata bersama Denny Dumbo selaku komposer membahasakan tema tatag, teteg, tutug lewat komposisi dari tafsir sumbu filosofi Yogyakarta yang diberi nama Ritus Tetabuhan. Komposisi ini menjadi pembacaan ulang sumbu filosofi Yogyakarta.
Untuk menikmati pertunjukan tersebut, Gatot Danar Sulistiyanto selaku audio system designer menggunakan sistem spatial audio yang menggunakan 50 persen lebih technological value. Dengan sistem ini, penoton dapat memilih sudut dengar untuk memaknai audionya secara mandiri dengan pengalaman yang berbeda-beda.
Begitu juga degan Lintang Raditya selaku lighting designer, mengatakan melalui konsentrasinya pada seni dan teknologi, ia memaksimalkan komposisi lighting agar dapat menjadi satu kesatuan dengan pertunjukan dan jalanan Malioboro yang kompleks.
Yetti berharap pengalaman kreatif bersama ini harapannya akan menjadi wadah ekspresi dan ruang tumbuh bersama antar para pelaku seni budaya di Kota Yogyakarta.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram "https://tempo.co" Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu