Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Jual tampang di senayan

Grup musik as, new kids on the block (nkotb) bakal manggung di jakarta. dipastikan pengunjungnya membludak. anehnya, pemujanya sebagian besar remaja putri. kerjasama sentra enterprise-sunvic.

15 Februari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISNIS tontonan di kota metropolitan seperti Jakarta memang menjanjikan keuntungan melimpah. Pasarnya pun sudah siap melahap produk yang umumnya berbau Barat, yang lazim dibilang "modern". Yaitu anak-anak remaja dari keluarga berlebih duit. Itulah yang (bakal) terjadi pekan ini selama tiga hari di Istora Senayan, Jakarta. Ribuan remaja, diperkirakan sebagian besar anak perempuan, akan melimpah di sana. Dan anak-anak remaja itu akan mabuk kepayang menyambut lima remaja Amerika yang menyebut dirinya New Kids on the Block (NKOTB). Selama tiga hari, Selasa, Rabu, Kamis, grup musik asal Boston, Amerika, ini manggung di Senayan. NKOTB dibentuk tahun 1984. Mereka telah berhasil merebut pasar penggemar musik pop dan menggaruk duit berlimpah di negara-negara Barat yang sudah maju. Berkat keterbukaan dunia yang mengglobal, sebagian kecil anak-anak remaja di belahan dunia lain ikut pula memuja grup musik yang beken itu. Mereka senantiasa histeris tanpa sebab yang jelas. Para guru boleh pusing, tapi anak-anak itu tak peduli. Apa boleh buat, pingsan pun oke asalkan bisa memandang, syukur-syukur mencium, sang idola. Memang aneh, sebagian terbesar pemuja mereka para remaja putri. Itu terlihat di Amerika, Eropa, Jepang, dan Australia. Dan ternyata juga di Jakarta: 90% pembeli karcis yang dicetak 22.500 lembar itu (untuk tiga hari) adalah remaja putri. Harganya sangat mahal. Kelas very very important person Rp 200.000, sedangkan yang paling murah Rp 25.000. Mengapa para pemuja itu melulu cewek belasan tahun? Jawabnya sangat mudah: sebab kelima anggota grup NKOTB itu memang ganteng. "Habisnya, cowok-cowok itu cakep. Pokoknya, keren, kece, imut-imut," kata seorang gadis kelas III sebuah SMP swasta yang cukup terkenal di Jakarta, "padahal kualitas musiknya biasabiasa saja, tidak istimewa." Cowok-cowok kece yang sangat beruntung dan bakal jual tampang di Senayan itu ialah: Donnie E. Wahlberg, 22 tahun Daniel William Wood, biasa dipanggil Danny, 22 tahun Jonathan Rasleigh Knight, 23 tahun Jordan Nathaniel Marcel Knight, adik kandung Jonathan, 20 tahun dan Joseph Mulrey McIntyre, yang akrab dengan sebutan Joe, 19 tahun. Panitia boleh goyang kaki karena laba sudah bisa dihitung dengan gampang. Pada hari pertama penjualan, karcis sudah laku 20%. Dan ketika Radio Prambors (yang beken di kuping remaja itu) menyiarkan wawancara via telepon dengan Donnie Wahlberg, karcis laku 50%. Dan sampai Kamis pekan lalu sudah 70% tiket yang terjual. Adalah Sentra Interprise yang berani mendatangkan grup musik yang kini tengah membikin edan para remaja kota-kota besar dunia ini. Sentra pun tidak sendirian, tapi bekerja sama dengan Sunvic, Singapura. Setelah ratusan kali tur di AS, Eropa, dan Jepang, NKOTB kini mencoba mengeruk untung di kawasan Asia Pasifik. Setelah main di Auckland (Selandia Baru) dan berjingkrak di Melbourne (Australia), mereka manggung di Singapura, Jakarta, lantas mentas di Manila. Orang-orang di Sentra enggan menyebut berapa nilai kontraknya. Tapi, menurut perhitungan kasar Juli Valda (yang ini cowok), konser mewah ini bisa menyedot biaya sedikitnya Rp 2,2 milyar. Untuk penataan pentas seluas 14 x 20 meter saja, kabarnya, sudah menghabiskan biaya Rp 500 juta. Persediaan daya listriknya pun tidak tanggung-tanggung: 500.000 watt. "Yah, siapa tahu listrik PLN mati," ujar Juli. Panitia memang menyediakan fasilitas pentas yang berlebih. Sementara pergelaran showbiz di Senayan biasanya hanya menggunakan enam lampu yang bisa mengikuti gerak artis di panggung (disebut follow spot), NKOTB minta sepuluh biji. Daya untuk peralatan tata suara alias sound systemnya pun sangat besar: 60.000 watt. Tentulah biaya bisa membengkak. Belum lagi untuk akomodasi. Sebab, yang datang ke sini sudah tentu bukan hanya lima anak remaja Amerika yang masih bersekolah itu, melainkan juga pengiring mereka yang berjumlah 40 orang. Selain mereka berlima, ada enam musisi pengiring dan puluhan tukang elektronik. Mereka ternyata tidak hanya terdiri dari orang-orang yang bertugas di panggung atau punya urusan dengan tetek-bengek musik. Sedikitnya dua anggota NKOTB membawa pengiring spesial. Danny, misalnya, dalam tur kali ini membawa serta kedua orangtuanya, sedangkan Joe mengikutsertakan guru sekolahnya. Tentu agar tetap bisa belajar. Beruntunglah Sena Interprise bisa menjalin kerja sama dengan Kemala Bhayangkari, yayasan Polri yang diketuai Ny. Koenarto, istri Kapolri Letjen. Pol. Koenarto, hingga perizinan pun lancar. Beruntung pula mereka mendapat keringanan pajak. Mestinya terkena 25%, tapi mendapat keringanan hingga tinggal 18,75%. Maka, keuntungan pun berlimpah. Laba itu nantinya sebagian untuk pembangunan sekolah dan membantu anak-anak putus sekolah, yang merupakan salah satu kegiatan Yayasan Kemala Bhayangkari. Budiman S. Hartoyo dan Ivan Haris

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus