Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lewat tulisan "Wajah Pemilu yang terulang" (TEMPO, 28 Desember 1991, Kolom), Afan Gaffar mencoba memaparkan ramalan atau pendapatnya terhadap hasil perolehan suara ketiga kontestan OPP pada Pemilu 1992, yang berlangsung pada 9 Juni 1992. Untuk itu Afan Gaffar menulis, antara lain, "Tampaknya, Pemilu 1992 akan sama saja dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Hegemoni Golkar sudah sangat mustahil untuk dikurangi. Golkar yang berhadapan dengan David, yang sangat lemah dalam hampir segala segi sebagai partai politik. Apalagi, tanap pengerahan massa, akses PDI dan PPP terhadap massa pemilih semakin terbatas. Pemilu 1992 tak akan menimbulkan kejutan, tak akan membawa perubahan yang fundamental." Afan Gaffar menunjukkan alasannya. Golkar telah memiliki jaringan hegemoni lewat para penguasa di daerah-daerah (bupati, camat, kepala desa, kepala lorong, dan aparat lainnya) yang semuanya menjadi juru kampanye Golkar. Tidak demikian halnya dengan PDI dan PPP, yang hanya memiliki juru kampanye para pemimpin partai dan kalau ada dengan bantuan para kader partai. Tapi apakah pendapat itu cukup menjadi alasan untuk mengklaim bahwa komposisi pencapaian kursi ketiga OPP tidak mengalami perubahan besar pada Pemilu 1992? Saya malah meragukan ramalan Gaffar itu. Sebab, pendapatnya itu tidak memperhitungkan kondisi zaman yang terus mengalami perubahan dan penuh kejutan seperti Uni Soviet, yang secara mengejutkan tamat riwayatnya pada 30 Desember 1991. Nah, bukan mustahil hal-hal mengejutkan seperti itu pun bisa berlaku pada Pemilu 1992 karena kesadaran politik rakyat Indonesia sudah semakin memadai. Kita harus ingat bahwa kondisi zaman sudah mulai berubah. Angin keterbukaan dan demokratisasi semakin berkibar di kalangan muda khususnya, dan di kalangan masyarakat luas umumnya. Bagi saya, komposisi perolehan suara di antara ketiga OPP pada Pemilu 1992 sulit diramalkan, dan kemungkinan besar mengalami perubahan besar. DRS. HARTA PINEM Perguruan Gajah Mada 2 Jalan Setia 32 Medan 20226
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo