Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kaya akan beragam jenis kain tenun yang menarik bagi masyarakat dunia. Salah satu yang telah memikat pasar dunia adalah kain tenun Baduy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita menerima laporan bahwa produk kain tenun Baduy sudah menembus pasar dunia," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak H Dedi Rahmat di Lebak, Jumat, 4 Desember 2020.
Menurut Dedi, berbagai lembaga pemerintah hingga pihak swasta telah membantu promosi kain tenun produksi suku Baduy itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lebak telah mempromosikan kain tenun Baduy ke sejumlah negara di Benua Eropa. Selain itu, Lembaga Kementerian Pariwisata juga kalangan pengusaha, termasuk desainer muda Amanda I Lestari menampilkannya di London Fashion Week, Inggris.
"Dengan melalui kerja sama itu kini produk kerajinan tenun Baduy bisa menembus pasar dunia," kata Dedi.
Saat ini, harga kain tenun Baduy di kawasan kerajinan masyarakat Baduy di Kampung Kadu Ketug Desa Kanekes Kabupaten Lebak berkisar antara Rp 150 ribu sampai 1,5 juta per potong dengan ukuran 3 meter persegi.
Kini, kata Dedi, pihaknya mengoptimalkan pembinaan kain tenun Baduy guna meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat. Pembinaan dilakukan di antaranya dengan pelatihan hingga magang ke sejumlah daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Dedi pun menyebut bahwa salah satu keunggulan kain tenun Baduy adalah keragaman motifnya, seperti motif poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka), adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur dan aros anggeus.
"Motif kain tenun Baduy memberikan kecintaan terhadap alam yang begitu penuh kekayaan," kata Dedi.
Kekhasannya juga mempesona karena setiap kain tenun dibuat menggunakan peralatan manual tanpa mesin dan para pengrajin mengerjakan satu potong kain tenun Baduy berukuran 2×3 meter persegi mencapai dua hari. "Kami menargetkan dengan pembinaan itu diharapkan kain tenun Baduy menembus pasar domestik dan mancanegara," kata Dedi.
Sementara itu, Ketua UKM DQ Baraya Kabupaten Lebak Endoh Mahfudoh mengatakan pihaknya saat ini menjual kain tenun Baduy ke Vietnam karena permintaan konsumen di negara itu cukup tinggi. Tingginya permintaan pasar di negara Vietnam ini terjadi setelah kerajinan Baduy mengisi kegiatan pameran melalui promosi yang dilakukan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Banten.
Masyarakat Vietnam pun mengaku sangat tertarik produk-produk kerajinan masyarakat budaya Baduy dari Kabupaten Lebak, Banten.
Produk kerajinan yang dimaksud antara lain kain tenun, souvenir, aksesoris, lomar, selendang, tas koja, batik Badui. Selain itu juga batik pakaian Lebak dan batik Banten. "Kami sangat terbantu produk kerajinan masyarakat Badui menembus pasar Vietnam itu," ujarnya.