Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Kecap untuk benyamin

Pujian terhadap benyamin dari turino junaidi, sm ardan, syuman jaya, mus mualim, junaidi dan yasir syam.

1 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERIKUT ini adalah komentar dari beberapa kalangan yang lebih merupakan parade pujian. Mudah-mudahan tidak terasa sebagai sekedar "kecap" saja. Turino Junaidi (produser dan sutradara Intan Berduri) Aktor Benyamin adalah gambaran dari orang yang ulet, kritis dan tahu menyampaikan pesan dalam film. Ini menyebabkan aktingnya selalu mengena dan bagus. Itu sebabnya kalau dia main film dan kebetulan sutradaranya kurang mampu bisa termakan oleh Benyamin. Ia akan menjadi aktor yang baik, asal dia bisa lebih teliti dalam memilih peran. Karena selama yang saya lihat ia hanya main begitu saja dalam banyoian yang konyol. Mau tak mau masyarakat penonton kalau disuguhi yang begitu-begitu saja tentu bosan. Akibatnya orang tidak gandrung lagi pada Benyamin, padahal sekarang ini dia cukup berakar di masyarakat, terutama di angan masyarakat Betawi. S.M. Ardn (penulis dan sutradara Lenong) Benyamin adalah orang Betawi yang ikut menggali kebudayaan Betawi. Walaupun itu dilakukan dengan caranya sendiri, tapi memang kebanyakan orang Betawi cara hidupnya seperti yang dinyanyikan oleh Benyamin. Sok keren, tapi tidak mau kerja. Di sinilah baiknya Benyamin. Ia tidak hanya menunjukkan kelakuan orang Betawi tapi juga memperlihatkan pada orang Betawi bahwa cara yang semacam itu bisa terlintas, zaman. Sebetulnya tidak hanya Benyamin, para penulis dan pengarang lagunya juga ikut berjasa. Tapi biasanya yah siapa yang menyanyikan, itu yang menonjol. Satu hal yang menggembirakan adalah bahwa Benyamin tetap bertahan dengan Kebetawiannya. Ia tidak tergoda menyanyikan lagu selain dengan gaya dan lagu Betawi. Walaupun iramanya hard rock tapi syairnya letap Betawi, bahkan lagu Melayu pun gayanya tetap Betawi. Itulah yang menyebahkan dia tetap bertahan di hati masyarakat Betawi. Memang lagu-lagunya tidak bersumber pada lenong, cokek maupun topeng Betawi, tapi gaya pembawaannya boleh dikatakan ia meniru atau berkiblat pada kebudayaan teater asli Betawi tersebut. Syuman Jaya (sutraara Si Doel Anak Modern) Benyamin punya bakat dan bakat alam. Dia bisa menjadi aktor besar asal diarahkan sutradara yang tahu betul-betul bakatnya. Dia pencipta lagu, penyanyi, pemain film, bisa jadi pelawak tapi bukan down dalam jasmani ataupun ucapan yang disalah-salahkan. Ia melawak untuk menyindir suasana. Ia adalah gambaran dari kehidupan orang Betawi. Ia juga bisa menulis sajak walau pun masih acak-acakan. Dari semua itulah saya melihat kemampuannya yang belum dipunyai oleh orang lain, katakanlah aktor lain . Saya katakan berbakat alam, karena ia tidak pernah menginjak bangku akademi. Ia anak Betawi yang jenial. Lawakan maupun lagu-lagunya selalu hasil pengamatan dari fenomena keadaan Betawi, ini menyebabkan dia berakar di kalangan rakyat Betawi, meskipun memang belum bisa berakar pada tingkat nasional seperti Bing Slamet. Tetapi kalau dia tidak terlalu sering mengobral banyolan dalam film-film yang konyol, pada suatu saat nanti Benyamin akan mencapai akar yang sama dengan Bing. Mus Mualim (musikus) Meskipun Benyamin kuat di panggung dan layar putih, yang pertama lebih bisa diterima karena dia mula-mula lahir sebagai penyanyi. Sejak dia tampil ke depan publik dengan lagu "Nonton Bioskop" (karangan Benyamin) yang dibawakan almarhum Bing, sampai ia memperoleh pasangan baru Lina Effendy, tidak ada yang berubah dalarn dirinya. Dia lebih menonjol ketimbang Rachmat Kartolo atau Lily Suhaeri yang menyanyikan gambang kromong, karena kedua penyanyi ini terlalu asli. Lagu-lagu Betawi Benyamin lebih pop, mempunyai banyak variasi dan tidak mengganggu. Dia juga kaya dalam berimprovisasi dan spontan. Dia telah menghidupkan lagu Betawi yang nyaris mati. Sebaiknya kepadanya diberikan penghargaan. Oma Irama dan Benyamin mempunyai persamaan, dua-duanya berada di kalangan bawah. Cuma saja lagu-lagu Oma ada falsafahnya sedikit, seperti lagu "Rupiah" yang bikin heboh itu. Secara musikal Oma lebih berbobot. Tapi letak kekuatan Benyamin bukan pada lagu tapi pada lirik -- yang sering bikin geger. Tapi lirik itu kalau tidak dibawakan oleh Ben sendiri jadi jelek. Karena bicara tentang Benyamin adalah bicara soal dialek. Kalau dia habis nyanyi, selesai. Sedangkan pada Oma baik lirik musik, lagu dan aransemen semuanya rapih ada yang bisa diomongkan. Untunglah Benyamin mempunyai medium lain, film. Kalau tidak ia akan terdesak Oma. Nonton Benyamin di film jangan bicara soal akting, selama ini kita nonton dia membadut saja. Badutannya memang cocok untuk konsumsi golongan bawah apalagi Jakarta. Nggak ada gunanya dia melompat ke tengah atau ke atas. Dia harus dipelihara untuk bawah, kalau dia pergi dari situ, berarti akan terjadi kekosongan. Belakangan mungkin dia bisa jadi aktor. Tapi untuk film Si Doel Anak Modern misalnya justru jadi tanda tanya, soalnya digarap serius. Seperti halnya pada lagu, kalau digarap serius, menimbulkan tanda tanya. Junaidhi (pelawak Yogya - duplikat Beryamin) Sebagai seorang pelawak saya sukar untuk tertawa. Tapi melihat Benyamin saya jadi heran kok bisa menarik. Padahal melihat wujudnya dia itu nggak bagus. Dia ini punya ilmu apa? Saya ini, terus terang saja, sekarang ini banyak meniru Benyamin, baik logatnya, nyengirnya. Dia membongkar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, terutama melalui lirik lagunya. Semua orang kena, baik yang lagi pacaran, yang utang maupun yang kredit. Lawaknya memang bawaan bukan dibuat-buat. Dia memang sudah ditakdirkan jadi pelawak sendirian. Jorok dan porno memang kadang-kadang perlu kalau mau tenar. Yasir Syam (pengarang lagu) Ciri lagu Benyamin: humor, suka ngeledek dan sekenanya. Tapi tidak menyeleweng dari perasaan, sebab dia selalu membuat lagu itu apa adanya. Notnya gamblang, bisa difahami. Saya menghargai lirik-lirik lagu yang dihasilkannya. Apalagi kalau sudah diselingi oleh banyolan Ida yang genit, sedikit binal. Lagu "Kompor Meleduk" dibandingkan dengan lagu-lagunya yang dulu seperti "Ondel-Ondel", "Panjat-Panjatan" sebenarnya sudah kurang kena. Kenapa? Chordnya sudah kebarat-baratan. Rock'n Roll, itu kan beat Barat. Menurut saya"Ondel-Ondel" rasa lndonesianya masih kuat. Saya sarankan agar Benyamin kembali ke jalan yang dulu, terutama pada jenis lagu dan lirik lagu. Sebab akhir-akhir ini saya lihat Betawinya hilang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus