Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Sultan HB X Ungkap Kisah Nama Yogyakarta dan Maknanya

Sultan HB X mengungkapkan sejumlah fakta historis dan kultural yang menjadi landasan penetapan 13 Maret 1755 sebagai hari lahir DI Yogyakarta.

14 Maret 2025 | 09.00 WIB

Gubernur DIY sekaligus Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X . Foto; Dok. Pemda DIY
Perbesar
Gubernur DIY sekaligus Raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X . Foto; Dok. Pemda DIY

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY, yang dikenal sebagai salah satu daerah destinasi utama di Indonesia, memiliki sejarah yang panjang. Provinsi dengan status istimewa itu terbentuk 270 tahun silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Raja Keraton yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkap sekilas perjalanan daerah yang dipimpinnya itu dalam momentum peringatan hari jadi ke-270 DIY pada Kamis, 13 Maret 2025. Sultan mengungkapkan sejumlah fakta historis dan kultural yang menjadi landasan penetapan 13 Maret 1755 sebagai hari lahir DIY. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Pada hari tersebut, di Hutan Beringan, Pangeran Mangkubumi, raja pertama Ngayogyakarta Hadiningrat bergelar Sri Sultan HB I, mendeklarasikan Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat," kata Sultan, dalam rapat paripurna di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD DIY, Kamis. 

Asal Mula Nama Yogyakarta

Sultan mengatakan, 13 Maret 1755 menjadi momentum pertama kalinya digunakan nama "Ayodhya". Dari kata inilah lalu dijadikan nama Ngayogyakarta Hadiningrat yang berarti tempat yang baik dan sejahtera yang menjadi suri tauladan keindahan alam semesta.

Pada 13 Maret 1755, kata Sultan, juga menandai puncak jiwa kemerdekaan yang digelorakan Pangeran Mangkubumi, untuk melepaskan diri dari hegemoni kolonialisme Belanda. "Waktu ini juga menyimbolkan persatuan kewilayahan Yogyakarta, karena pada masa pemerintahan Sultan HB I, wilayah Yogyakarta belum terpecah akibat intervensi kolonialisme," ujarnya.

Peristiwa Hadeging Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ini, secara de jure sudah memenuhi unsur yang disyaratkan menjadi sebuah negara berbentuk kasultanan, yaitu pemimpin, rakyat, wilayah, dan pemerintahan.

Tema Hari Jadi ke-270 DIY

Pada peringatan hari jadi ke-270 ini, DIY mencanangkan cita-cita dalam tema "Tumata, Tuwuh, Ngrembaka". Tumata artinya keteraturan dalam tata kelola, Tuwuh tentang pertumbuhan yang berkelanjutan, dan Ngrembaka adalah kesejahteraan yang inklusif. 

Sultan HB X mengungkapkan, keistimewaan Yogyakarta bukan hanya tentang sejarahnya, tetapi bagaimana memastikan setiap warganya mendapatkan manfaat dari kebijakan yang telah dibuat. "Kita memiliki tanggung jawab kolektif memastikan Yogyakarta tetap istimewa, tidak hanya dalam atributnya, tetapi juga dalam kebijakannya, tata kelolanya, dan kesejahteraan rakyatnya," kata Sultan di hadapan anggota dewan.

Sultan menambahkan, momentum hari jadi ke-270 ini juga menjadi panggilan batin merawat dan mengembangkan Yogyakarta dalam harmoni antara tradisi, demokrasi, dan inovasi. Dengan begitu, keistimewaan predikat itu relevan menghadapi tantangan zaman. 

"Hari ini adalah ajakan untuk 'mangayubagya', bukan hanya euforia selebrasi, tetapi berpartisipasi aktif membangun tata pemerintahan yang semakin baik dan berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal," kata dia.

Ketua DPRD DIY Nuryadi mengatakan usia ke-270 DI Yogyakarta menjadi usia yang tergolong matang bagi sebuah daerah. "Artinya matang, sudah sangat berpengalaman menjalani proses hidup bernegara dan berpemerintahan," kata dia.

Pribadi Wicaksono (Kontributor)

Koresponden Tempo di Yogyakarta.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus