Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Layang-layang Tertua di Dunia Berasal dari Indonesia, Sudah Ada Sejak 4 Ribu Tahn Lalu

Jejak layang-layang tertua di dunia ditemukan dalam lukisan Gua Sugi, Kabupaten Muna, Sulawesi Selatan dan diperkirakan telah ada 4 ribu tahun lalu.

1 September 2023 | 15.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana pantai Redondo, saat diadakan festival layangan. Layangan sudah dimainkan sejak 4.000 tahun yang lalu, menurut catatan sejarah tertua permainan layangan di Indonesia, berawal dari daerah Pulau Muna, Sulawesi tenggara dengan nama Kaghati, yang terbuat dari daun kolope. California, Amerika, 8 Maret 2015. REUTERS / Lucy Nicholson

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Layang-layang tertua di dunia ternyata berasal dari Indonesia, tepatnya dari Kabupaten Muna, Sulawesi Selatan. Layang-layang itu bernama kaghati roo kolope atau kaghati kolope.

Dilansir dari situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kaghati kolope sudah ada sejak 4 ribu tahun yang lalu. Hal itu diklaim oleh peneliti bernama Wolfgang Bick pada 1997. Ia menemukan lukisan tangan manusia bergambar layangan di dalam Gua Sugi, Desa Liangkobori, Muna, Sulawesi Selatan.

Sebagaimana dalam artikel ilmiah berjudul Binary Oppostion of Levi-Strauss in The World’s First Kite (Kaghati Roo Kolope) on Community in District of Muna, dalam gua tersebut tergambar seseorang sedang bermain layangan di dinding batu dengan tinta berwarna merah dari tanah liat dan getah pohon. Penemuan itu mematahkan klaim yang menyebut jika layang-layang pertama di dunia berasal dari Cina pada 2.400 tahun yang lalu.

Berbeda dari layangan tertua Cina yang terbuat dari kain parasut dan batang alumunium, layangan tertua dari Muna terbuat dari bahan alam, seperti daun kolope (umbi gadung), kulit bambu, serat nanas, dan tali. Bahan-bahan itu sendiri memang cukup mudah ditemukan di Muna sehingga tidak aneh jika layangan yang dibuat berasal dari bahan alam.

Seperti dilansir dari Indonesia.travel layangan kaghati kolope itu merupakan cara suku Muna dalam menyembah api yang bersumber dari matahari. Dengan menerbangkan layang-layang selama sepekan. Di hari ketujuh tali layang-layang tersebut diputus agar terbang menuju langit. Layang-layang tersebut dipercaya dapat memberi perlindungan bagi masyarakat Suku Bangsa Muna.

Kendati demikian, ritual tersebut tidak dilaksanakan lagi setelah agama Islam masuk ke Muna. Saat ini, kaghati kolope hanya menjadi sarana hiburan masyarakat. Selain itu, kaghati kolope juga sering dimanfaatkan untuk menjaga sawah dari serangan burung dan babi hutan.

Dimensi layangan Kaghati Kolope dapat mencapai 1,9 meter dan lebar 1,5 meter. Alhasil, dalam menerbangkannya dibutuhkan angin yang lebih kencang dari biasanya. Angin yang biasa digunakan adalah angin timur yang kerap bertiup pada Juli sampai September. Pada bulan itu pula, festival kaghati kolope sering diadakan sebagai hiburan dalam menerbangkan beberapa layangan yang menarik.

Kaghati kolope sebagai layangan tertua di dunia memiliki 6 jenis yang telah dikenal oleh masyarakat Muna. Berikut jenis-jenisnya.

1.Bhangkura

Layangan Kaghati Kolope jenis ini berbentuk wajik dan yang paling umum dibuat karena modelnya sederhana. Panjang tiang vertikal dan horizontal sama sementara pertengahan tiang horizontalnya diikat pada 1/5 bagian atas tiang vertikal.

2.Bhalampotu

Layangan jenis ini memiliki tiang vertikal lebih pendek dari tiang horizonal dan diikat pada 2/5 bagian atas.

3.Kasopa

Berbentuk seperti Bhalampotu, yakni tiang vertikal lebih pendek dari tiang horizonal. Di tengah tiang horizontal diikat 3/7 bagian atas tiang vertikal.

4.Wantafotu

Memiliki ciri khas tiang vertikal lebih pendek dari tiang horizonal. Pertengahan tiang horizontal diikat pada kurang lebih 5/9 bagian atas tiang vertikal.

5.Salabanga

Memiliki bentuk wajik tapi tiap sisinya tidak berimbang.

6.Sopi Fotu

Layang-layang tradisional kaghati kolope jenis ini memiliki bentuk yang lancip pada sisi atasnya dibanding jenis bhangkura dan salabanga. Keunggulannya jenis ini dapat melayang dengan kecepatan sangat tinggi.

Pilhan Editor: 5 Jenis Benang Layang-layang, Mana yang Aman untuk Anak-anak?

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus