Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Mengenali Tiga Keunikan Rumah Adat Suku Dayak

Berkunjung ke Kalimantan Tengah, salah satu hal yang bisa dieksplorasi wisatawan adalah rumah adat suku Dayak. Bangunannya khas, memanjang ke samping

26 Februari 2018 | 10.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Dua orang wisatawan sedang berfoto di beranda rumah adat betang di Pangkalanbun, Kalimantan Tengah, Sabtu, 17 Februari 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Berkunjung ke Kalimantan Tengah, salah satu hal yang bisa dieksplorasi wisatawan adalah rumah adat suku Dayak. Bangunannya khas, memanjang ke samping atau ke belakang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rumah adat suku Dayak banyak ditemukan di wilayah Arut Utara. Penduduk setempat rata-rata masih mempertahankan rumah dengan bangunan tradisional tersebut. Selain di Arut Utara, bangunan ini juga bisa dijumpai di Pangkalanbun. 

Di tengah kota yang terkenal dengan kantong-kantong transmigran itu, terdapat sebuah replika rumah adat betang. Lokasinya di Desa Pasir Panjang, Pangkalanbun, Kotawaringin Barat. Jarak tempuhnya 2 kilometer dari Bandara Pangkalanbun. 

Wisatawan bisa mengunjungi replika rumah adat tersebut untuk melihat keunikannya. Yommie Kamale, pegiat wisata asal Kalimantan Tengah, pada Sabtu, 17 Februari 2018 lalu, memaparkan beberapa fakta yang menandai keunikan rumah adat betang, seperti berikut ini.

1.       Dihuni 5-7 Keluarga
 
Rumah adat betang memanjang 30-150 meter. Sementara itu, lebarnya 10-30 meter. Rumah tersebut tak memiliki sekat-sekat sehingga lebih mirip aula. Umumnya, rumah adat betang dihuni 5-7 keluarga. Mereka hidup bersama satu atap. “Artinya, orang Dayak menjunjung semangat kebersamaan,” kata Yommie.
 
Meski demikian, keluarga-keluarga itu memiliki dapur masing-masing. Karena itu, jumlah dapur di sebuah rumah betang mengikuti jumlah keluarga.
 
2.       Rumah Panggung untuk Menghindari Serangan Hewan Buas
 
Pola permukiman masyarakat Dayak hampir selalu mendekati sungai. Mereka yakin betul sungai adalah sumber kehidupan. Maka itu, di sekitar sungai-sungai besar, seperti Kapuas, Barito, dan Arut, banyak ditemukan perkampungan.
 
Namun, risiko hidup di dekat sungai lebih besar. Salah satunya dekat dengan habitat hewan buas, seperti buaya dan ular. Hewan-hewan ini memang masih banyak ditemukan di Borneo.
 
Guna menghindari serangan hewan buas, masyarakat membangun rumah panggung dengan tiang penyangga setinggi 3-5 meter. Selain itu, rumah panggung dibangun dengan tujuan mengantisipasi banjir.
 
3.       Tangga Kecil untuk Menolak Hantu Kepala Terbang
 
Satu-satunya jalan masuk ke rumah adat betang adalah melalui tangga kecil. Tangga itu hanya bisa dilalui satu orang. Lebarnya kira-kira 50 sentimeter.
 
Bila malam tiba, tangga akan diangkat dan dimasukkan ke dalam rumah. Gunanya buat menghindari serangan hantu kepala terbang atau ngayau. Masyarakat Dayak yakin bahwa hantu ini bisa masuk rumah apabila tangga tetap dibiarkan di luar rumah.
 
Ngayau akan memburu kepala manusia. Hantu ini dianggap juga sebagai guna-guna atau serangan dari musuh. 
 

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput politik untuk kanal nasional.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus