Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jembatan di atas Kalimas Kota Surabaya itu masih kokoh berdiri hingga sekarang. Konon dibangun sejak 1890-an, Jembatan Peneleh menjadi saksi banyak peristiwa bersejarah, termasuk saat Presiden pertama Soekarno menyatakan cinta kepada istri pertamanya, Siti Oetari, putri HOS Tjokroaminoto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di atas Jembatan Peneleh, Bung Karno menyatakan cintanya kepada Oetari karena memandang Pak Tjokro galau setelah istrinya meninggal," kata Penggagas Komunitas Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo saat memperingati Juni Bulan Bakti Bung Karno atau Hari Kelahiran Presiden RI pertama Soekarno di Surabaya, Kamis, 9 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kuncarsono mengisahkan Surabaya menjadi kota yang tak bisa dilepaskan dari Bung Karno. Di kota pahlawan itu Bung Karno lahir, pertama kali belajar Islam, menikah dan bekerja.
Berdasarkan catatan histori buku yang ditulis oleh Cindy Adams dengan judul " Penyambung Lidah Rakyat Indonesia", Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Jalan Pandean IV No 40 Surabaya. "Catatan pertama, Bung Karno lahir di Pandean Surabaya. Namun saat itu, hanya enam bulan Bung Karno tinggal di Surabaya, yakni sejak lahir 6 Juni sampai 28 Desember 1901," kata Kuncarsono.
Saat baru berusia enam bulan, Raden Soekemi Sosrodihardjo atau ayah Bung Karno mendapatkan surat keputusan (SK) mutasi ke Ploso, Kabupaten Jombang sebagai guru. Soekarno bayi pun diboyong ayahnya untuk tinggal bersama di Jombang.
Soekarno baru kembali ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan di Hoogere Burgerschool (HBS), yakni sekolah untuk bumiputera yang berdiri pada zaman penjajahan Belanda. Ia sebelumnya berpindah-pindah dari Jombang, Tulungagung hingga Mojokerto.
Selama sekolah di HBS, Soekarno muda tinggal indekos di rumah milik Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto di Jalan Peneleh Gang VII Surabaya. Saat itu, pertama kalinya juga Bung Karno mengenal Islam karena diajak HOS Tjokroaminoto mengikuti pengajian rutin setiap bulan di depan rumahnya.
Pada usia 21 tahun, Bung Karno diterima menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jawa Barat. Namun, baru menempuh pendidikan kuliah, Soekarno mendapatkan informasi jika istri HOS Tjokroaminoto meninggal sehingga dia memilih cuti kuliah tujuh bulan untuk balik lagi ke Surabaya.
Di Surabaya, Soekarno bekerja sebagai petugas kereta api di Stasiun Semut dan menjadi pekerjaan pertamanya. "Selama 7 bulan itu Bung Karno bekerja di Stasiun Semut untuk mendapatkan uang dan uangnya itu dikasihkan kepada Pak Tjokro," kata Kuncarsono.
Di waktu itu pula, Soekarno muda menerima tawaran untuk menikah dengan putri sulung Pak Tjokro, yakni Siti Oetari. Pernikahan Bung Karno dengan istri pertamanya itu digelar di ruang tamu rumah milik HOS Tjokroaminoto.
"Setelah menikah dan cuti kuliahnya habis, dia (Bung Karno) kemudian memboyong istrinya ke Bandung untuk melanjutkan lagi kuliahnya," kata Kuncarsono. Di Jembatan Peneleh lah Soekarno menyatakan cinta kepada Oetari. Jembatan itu tak jauh jaraknya dari rumah HOS Tjokroaminoto.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.