Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Miss-miss menjelang pemilu

Lomba joget wadam dilangsungkan di gelanggang remaja jakarta barat. hiwad (himpunan wadam) punya program 4 pasal. dibentuk atas prakarsa mkgr, beranggotakan 5.000 orang.

19 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA bernama Lena Puspasari, Marlina, Yosi Lonita, Farida atau Siti Heriyati. Dan biasanya memakai tarnbahan panggilan Miss. Pakaian mereka kebaya batik, baju kurung plus sarung atau rok susun dan gaun model gadis Pilipina. Mereka menggoyang pinggul dan melenggokkan tangan yang gemulai, sementara mata yang berbulu palsu berputar-putar atau mengerdip genit membuntuti irama dang-dut. Maka suasana lomba joget wadam di Gelanggang Remaja Jakarta Barat, di malam Minggu 5 Pebruari lalu yang mendung, jadi syur. Nyaris sulit dibedakan, mereka yang berjoget itu kaum wanita atau makhluk Tuhan bukan laki bukan perempuan. Apalagi di antara mereka tak sedikit yang berdadan benar-benar penuh konon berkat suntikan hormon dan memiliki bibir assoi. Hanya saja suara mereka rata-rata bernada bas adanya. Malam joget itu merupakan kegiatan pertama setelah perkumpulan Hiwad (Himpunan Wadam) terbentuk, 11 Januari lalu. Ini perkumpulan bertaraf internasional, lho. "Kami punya program 4 pasal", tutur Maya Puspa, Ketua Hiwad Seluruh Indonesia. Dengan gaya seorang organisator ulung, berkain kebaya membalut tubuhnya yang semampai. "Miss" berwajah mirip Titiek Puspa ini (barangkali ada hubungannya dengan pilihan namanya sendiri) menyebut program perkumpulannya: "konsolidasi dan mengembangkan organisasi berdasar saling asah, saling asuh dan saling asih". Itu pertama. Lalu, "mengusahakan perlindungan hukum dan iklim baik sesuai dengan kodrat yang dibawakan, hingga kaum wadam tak merasa terpencil di masyarakat". Mubes Wadam Memang hebat. Bahkan disebut-sebut pula "mengisi program pembangunan bangsa berlandaskan Pancasila dan UUD 1945". Tapi pada pokoknya mereka mau unjuk telunjuk: kaum wadam punya perkumpulan. Dan berseru: kaum wadam bersatulah. Hingga, bila ada di antara 5000-an wadam di Jakarta dan entah berapa di daerah- daerah lain yang masih hidup berceceran, ada tempat untuk saling berdekapan. Selama ini memang sudah tak banyak lagi yang misalnya hidup menjajakan,"jasa" dengan bikin promosi malam hari di pinggir jalan. Banyak dan mereka sekarang ini menjadi penari ular, pelawak, tukang sulap, pemegang peran dalam fragmen-fragmen, penata rias dan kecantikan dan penyanyi dangdut. Bahkan Miss Fifi, pendorong utama perlombaan tadi, seorang dokter. Sedang Maya Puspa, sang Ketua, ahli rias pengantin dan guru rias-merias di Panti Ketrampilan Wanita. Profesi-profesi begitu memang bagus sekali. Lantas MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong) yang Golkar itu, terangsang pula merangkul mereka. Atas prakarsa E. Sukarna, Ketua I DPP MKGR Jakarta Barat itulah, dibentuk Hiwad pada Juli 1976. Waktu itu sudah 250 wadam dapat digamit. Kini dengan sekitar 5000-an anggota. Hiwad di DKI Jakarta bertekad buat mengisi program pariwisata pemda DKI. Rencana ini akan disampaikan kepada Gubernur Ali Sadikin lewat sebuah delegasi para wanita ulam itu. Di samping itu, lantaran para wadam itu punya "naluri" yang agak beda dengan lelaki maupun wanita normal - jelasnya saja bab sex maka "masalah satu itu mesti dapat perlindungan", menurut Yoppie F. Siregar. Ketua Biro Pembelaan Konsultasi Hukum. Maksud itu akan diwujudkan dengan membikin tempat penampungan untuk mereka. "Semacam penampungan para WTS kata Yoppie. Sebab menurut Yoppie sendiri, tak sedikit laki-laki yang senang pacaran dengan wadam. Perkara nantinya tempat itu akan betul-betul menjelma jadi tempat jual beli asmara di samping WTS, belum bisa dikatakan. Rencana itu sendiri masih akan "dimubes"kan oleh para anggota se-Indonesia dalam tempo dekat ini. Sebab jangan lupa, Hiwad sudah punya perwakilan di Cirebon. Bandung dan lainnya. Sedang di Jakarta sudah dapat perhatian Dinas Kebudayaan Wilayah DKI. Ini 'kan menjelang pemilu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus