Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selama hampir seabad, Raja Tutankhamun telah menjadi tokoh utama Mesir Kuno. Saat ditemukan dalam penggalian arkeologi yang dilakukan oleh arkeolog Howard Carter, di Lembah Para Raja, terungkaplah misteri Raja Tutankhanum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagaimana diberitakan CNN, Penggalian di sebuah kompleks pemakaman firaun di tepi barat Sungai Nil dekat kota Luxor, itu dimulai pada 1922 dan selesai pada 1932. Carter mencatat harta karun dan membersihkan makam secara metodis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tanpa kegigihannya, Tutankhamun mungkin tidak akan pernah ditemukan. Dan tanpa Tutankhamun, Mesir mungkin tidak akan memiliki Museum Agung Mesir (Grand Egyptian Museum) atau GEM.
Saat ditemukan, topeng kematian Raja Tutankhamun dibuat dengan gaya kerajinan dari 3.300 tahun, dengan bahan 24 pon emas tempa, dengan eyeliner lapis lazuli, serta mata dari kuarsa dan obsidian. Topeng itu telah berkeliling dunia memikat penonton dengan aura kemewahan dan misteri agung berusia ribuan tahun.
"Anda tahu, jika bertanya pada seorang anak berusia delapan tahun soal Mesir, dan dia akan memberi tahu Anda mengenai Raja Tut," kata Zahi Hawass, seorang arkeolog Mesir dan mantan menteri barang antik, kepada CNN. Anak-anak sekolah di seantero Amerika yang mengunjungi pameran Mesir, tahu siapa Tutankhamun.
Raja Mesir yang paling terkenal, beserta seluruh barang miliknya yang berhasil ditemukan bakal disemayamkan di GEM. Museum ini pun tak kalah epiknya. Dengan luas hampir 500.000 meter persegi -- kira-kira seukuran terminal bandara utama -- pembangunannya dibiayai pinjaman dari Jepang.
Pembukaan Grand Egyptian Museum (GEM) tertunda sejak 2011 akibat pergolakan politik Arab Spring dan pada 2020 terhadang oleh Covid-19, namun pemerintah Mesir yakin GEM beroperasi pada 2021. Foto: Khaled Desouki/AP/CNN
Museum ini dirancang oleh arsitek yang berbasis di Dublin, Heneghan Peng. "Anda bisa memarkir Boeing 747 di dalam," kata arsitek Roisin Heneghan.
Pembangunan museum prestisius ini, karena Mesir sangat menginginkan turis kembali dalam jumlah besar, yang belum pernah dilihat negara itu sejak pergolakan Arab Spring pada 2011. Museum yang menelan biaya US$1 miliar atau Rp14,6 triliun itu, bakal jadi daya tarik Mesir pada 2021.
Menurut Blooloop, Grand Egyptian Museum sudah "96,5 persen" selesai. Pembukaan GEM dijadwalkan pada tahun 2021. Mayjen Atef Moftah membenarkan museum tersebut akan selesai pada akhir 2020. GEM akan menampung sekitar 100.000 artefak, termasuk 5.600 benda dari makam Tutankhamun.
Pembangunan GEM telah memakan waktu delapan tahun, dengan pembukaan tertunda beberapa kali. Kemungkinan pula Covid-19 bakal turut menunda pembukaannya.
Saat beroperasi, pengunjung dapat menyaksikan panorama piramida Giza dari dalam museum. Pada atriumnya terdapat patung Ramses Agung yang sangat besar. Tangga besar di belakang GEM akan menampung 87 patung firaun dan dewa Mesir.
Selain itu, GEM akan jadi museum arkeologi terbesar di dunia yang memiliki 28 toko, sepuluh restoran, pusat konferensi, dan bioskop. GEM juga akan menampilkan galeri Tutankhamun dan replika makamnya -- dengan ukuran lebih dari 60 kali ukuran makam aslinya.
Arkeolog Dr Medhat Abdallah, melihay sebuah sarkofagus kayu dengan mikroskop di pusat konservasi Grand Egyptian Museum di Kairo, Mesir, 21 Agustus 2016. REUTERS/amr Abdallah Dalsh.
Moftah memperkirakan bahwa 2 juta hingga 3 juta tamu akan mengunjungi GEM pada tahun pertama pembukaannya, dan dalam jangka panjang hingga 8 juta per tahun.
CNN | BLOOLOOP