Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Museum Geologi Bandung mendukung daerah dalam pembuatan museum situs yang berisi temuan fosil di wilayahnya. Menurut Kepala Museum Geologi Isnu Hajar Sulistyawan, program itu dirintis sejak 2022. “Mulai tahun ini sudah masuk prioritas nasional di Bappenas,” katanya, Sabtu, 10 Juni 2023.
Museum Geologi Bekerja Sama dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang
Rencananya, kerja sama pembuatan museum situs itu akan dijalin dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang, setelah sebelumnya mendirikan Museum Megalodon di Sukabumi. Selain membuat museum situs, kata Isnu, perlu dirancang acara untuk menarik kedatangan minat publik. “Tujuannya mengembangkan ekonomi masyarakat di daerah,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mencontohkan di Sukabumi dan Grobogan, Jawa Tengah, museum situs telah menjadi pusat keramaian baru yang diharapkan berkembang ke pertumbuhan ekonomi. Persyaratan untuk mendirikan museum situs adalah potensi koleksi geologi yang bisa dikemas menjadi informasi. “Kita tidak hanya fokus ke fosilnya tapi juga ke kondisi geologi sehingga bisa merenkonstruksi dan membuat cerita,” kata Isnu.
Memperlakukan Fosil
Kisah tentang dinamika geologi temasuk apakah ada kehidupan dan peradaban manusia di daerah itu pada masa lalu. “Syarat paling utama adalah sama-sama membuat museum,” ujarnya. Selain itu, tidak semua temuan fosil harus digali melainkan bisa dibiarkan di tempat aslinya sambil dijaga sebagai rangkaian dari obyek wisata. Mekanismenya nanti, museum situs sebagai gedung utama menjadi daya tarik awal kemudian terangkai dengan titik-titik temuan fosil di sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Sumedang, Fitriani Dewi mengatakan telah membentuk tim satuan tugas terkait temuan fosil oleh warga. Koleksinya dikumpulkan di kantor kepala desa. “Awalnya masyarakat tidak tahu temuannya adalah fosil, disangkanya batu biasa,” kata dia. Tim satuan tugas itu mengkonfirmasi laporan warga ke Museum Geologi apakah benda yang dilaporkan termasuk fosil atau bukan.
Namun saat ini menurut Fitriani, muncul tantangan terkait jual beli tanah warga dengan pembeli dari luar desa. Dia mengkhawatirkan terjadinya eksploitasi penggalian situs fosil. Sebelumnya di desa itu ditemukan fosil berupa tempurung kura-kura pada 2022 yang usianya diperkirakan satu juta tahun lebih.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.