Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Night Watchmen, Penjaga Malam Eropa yang Dikalahkan Zaman

Night Watchmen selalu mengawasi jalanan Eropa sejak seribuan tahun lalu. Mereka masih mempertahankan tradisi kunonya saat teknologi makin canggih.

5 Juli 2020 | 13.13 WIB

Kota Rothenburg ob der Taube masih mempertahankan tradisi Night Watchmen. Foto: WIkipedia/Berthold Werner
Perbesar
Kota Rothenburg ob der Taube masih mempertahankan tradisi Night Watchmen. Foto: WIkipedia/Berthold Werner

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir setiap malam pukul 21.45, ketika matahari terbenam di belakang Danau Jenewa, Renato Haeusler, seorang Nigt Watchmen terakhir menaiki 153 anak tangga batu ke tempat kerjanya, sebuah kamar berukuran kotak dengan cahaya merah muda kehitaman pada malam musim semi yang lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Jendela dari balok kayu ek membingkai pemandangan malam kota Lausanne, Swiss. Dari dalam ruang kerjanya, jendela-jendela besar yang melengkung berwarna-warni dalam gelap. Setiap malam ia memandangi kota, di saat jalanan sepi dan orang terlelap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Selama 33 tahun, dari pukul 22.00 hingga 02.00, Haeusler memandangi kota dari menara Katedral Lausanne dan bertanya-tanya dengan samar, “Siapa di jalanan di bawah? Kemana mereka pergi? Dan adakah yang menyadari bahwa di atas mereka, ada yang mengawasi?”

"Je ne mennennie pas," katanya kepada BBC, berhenti sejenak untuk menyerap keheningan kota. "Aku tidak pernah bosan, dan setiap malam senang berada di sini. Untuk melihat bulan di danau. Lampu-lampu rumah yang berkelap-kelip. Terkadang, Prancis di kejauhan. Saya sangat menyukainya sehingga tidak bisa Anda bayangkan. "

Haeusler, 61, adalah salah satu Night Watchmen terakhir di dunia. Ia seperti sosok karakter hidup, yang muncul dalam film The Lord of the Rings atau Game of Thrones. Penampilannya seperti dari ratusan tahun lalu: mengenakan tunik, topi bulu hitam bertepi lebar, dan memegangi lentera minyak yang berkelap-kelip.

Ritual Night Watchmen di seluruh Eropa telah sedikit berubah sejak pertama kali diperkenalkan pada abad pertengahan.

Kota-kota besar di Eropa pada masa lampau memiliki Night Watchmen. Mereka ada di London, Praha, hingga Salzburg, yang pada saat itu para pemimpin kota menuntut adanya pengawasan dari peronda malam. Mereka bertugas mengawasi jalan-jalan yang gelap hingga potensi kebakaran, musuh, dan cuaca yang ekstrem.

Charles Rouse seorang Night Watchmen London terakhir. Mereka disebut juga sebagai "Charlie". Rouse berpose di Brixton Road, Brixton, London 1875. "Charlie" pertama kali diperkenalkan ke London oleh Raja Charles II, dari situlah nama Charlie muncul. Profesi ini hilang pada zaman Victoria, karena hadirnya profesi kepolisian. Foto: @chrisrwer

Punah Karena Zaman

Tugas dari para wali kota abad pertengahan itu, menuntut para penjaga malam memiliki mata setajam burung hantu. Mereka harus siap mencatat peristiwa setiap waktu dan menghancurkan kejahatan sebelum membesar. Hingga membangunkan warga yang tertidur saat terjadi keadaan darurat.

Saat ini, hanya ada beberapa kota yang berpegang teguh pada tradisi kuno. Bahkan, selain menara katedral di Lausanne yang jadi “markas” pengawas, night watcher yang lain berada di Rothenburg ob der Tauber, Dinkelsbühl, dan Nördlingen di Bavaria Jerman. Selebihnya tak ada lagi yang tersisa dari peronda malam itu. Di Krakow, Polandia, dan di Ripon, Inggris, penjaga malam mempertahankan tradisi mengatur jaga malam. Mereka menandai waktu dengan seremonial suara terompet.

Sayangnya, profesi para penjaga malam itu perlahan lenyap karena zaman. Mereka nyaris punah karena perkembangan teknologi, reformasi penegakan hukum, penerangan jalan dan CCTV. Kini mereka kehilangan fungsi dan hanya menjaga tradisi.

Meskipun tergerus zaman, menurut Haeusler, kualitas seorang night watcher tetap terjaga. Ia menyontohkan barisan panjang penjaga, yang telah menjaga menara Katedral Lausanne sejak November 1405. Mereka menjadi panutan Haeusler. Seperti para seniornya zaman dulu, ia dengan teguh mempertahankan tradisi abad pertengahan, untuk melindungi warisan budaya kota.

Ironisnya, dia tidak memakai arloji selama lebih dari 40 tahun, namun dengan tenang menandai waktu, dengan membunyikan terompet setiap malam selama beberapa dekade.

"Secara nyata, apa yang saya lakukan tidak penting," katanya. “Tetapi menurut sejarah dan tradisi, itu memiliki nilai nyata. Saya seorang saksi masa lalu," ujarnya lagi kepada BBC.

Ada beberapa ritual saat Night Watchmen memulai bekerja, dan ditutup pada pukul 02.00 dengan membunyikan lonceng katedral. Namun tradisi membunyikan lonceng tak lagi dilakukan, karena alasan mengganggu ketenangan warga. Biasanya, setelah pukul 02.00, Haeusler tidur di ranjang sempit di dalam ruangan kantornya. Saat pagi, ia pulang dengan bersepeda ke rumahnya, yang jaraknya hanya 1 km.

Banyak mitologi mengenai night watchmen dapat ditelusuri kembali ke sebuah cerita dalam Perjanjian Lama. Dalam Kitab Yehezkiel (33:), Yehezkiel ditunjuk sebagai penjaga oleh Israel. Ia diperintahkan berjaga saat malam, meniup terompet dan membunyikan alarm untuk melindungi warga. Seperti yang Alkitab katakan, peranannya adalah masalah hidup dan mati.

Di Inggris tradisi pengawas malam, berasal dari tahun 866. Mereka yang ditunjuk sebagai Night Watchmen bahkan dilarang meninggalkan kota, kecuali bila ada wabah. Mereka yang nekat meninggalkan tugasnya bisa didenda £20.

"Tidak ada satu malam pun selama lebih dari 800 tahun yang belum diatur oleh Ripon Hornblowers (Night Watchmen versi Inggris)," kata Mick Taylor, sejarawan kota. Ia menyebut tradisi itu tak pernah mati. Bahkan di London, para penjaga malam itu mendapat kunjungan turis selama bertugas. Bahkan, dalam semalam mereka dikunjungi 70 orang wisatawan, yang ingin melihat tradisi Naight Watchmen.

Penjaga malam lain yang mengikuti tradisi adalah Horst Lenner, warga Bavaria, Jerman. Menjadi Night Watchmen adalah ambisinya sejak kecil. Profesi itu baru bisa ia raih saat pensiun sebagai wartawan. Kini, saban malam dalam 10 tahun terakhir, ia berteriak di atas menara, tepat pukul 10 malam, “So Gell Soell” (‘Hei, sobat, hei! ').

Ilustrasi Night Watchmen di kota Rothenburg Ob, Bavaria, Jerman. Foto: @minifff

Teriakan itu, bukan sembarang teriakan, karena merupakan sapaan para Night Watchmen Bavaria sejak tahun 1440. Dan teriakannya itu berbalas dengan warga, “Bila ada warga yang membalas sapaan itu, saya wajib menjawab,” kata Lenner.

Seperti halnya Haeusler, Lenner juga dikunjungi wisatawan. Saban malam, rata-rata 40 turis menelpon saya untuk berkunjung.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus