Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Objek wisata alam tak hanya menyuguhkan panorama yang indah dan udara menyegarkan. Wisata alam juga menyimpan misteri yang dipercaya penduduk sekitar dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah obejek wisata Boon Pring di Malang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Objek ekowisata Boon Pring terletak di Jalan Kampung Anyar, Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Kampung bambu ini berada di wilayah selatan dan berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Malang dengan waktu tempuh 1 jam.
Pentolan kelompok sadar wisata atau Pokdarwis Boon Pring, Mbah Gimbal mengatakan tempat wisata ini selalu ramai setiap libur panjang, termasuk selama libur Lebaran serta libur Natal dan tahun baru. Tak hanya wisatawan lokal, turis mancanegara pun kerap bertandang ke Boon Pring sekadar menikmati suasana alam yang segar dan alami.
Salah satu aktivitas wisata yang disukai wisatawan asing adalah bermain getek. Saat disambangi Tempo pada Senin, 20 Mei 2019, Mbah Gimbal bersama dua remaja desa sedang membuat sebuah getek atau rakit bambu untuk wisatawan asal Cina. "Mereka suka bermain getek sepasang-sepasang," kata Mbah Gimbal yang pernah menjadi pemandu wisata di Bali.
Suasana objek wisata Boon Pring di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Senin, 20 Mei 2019. TEMPO | Abdi Purmono
Kepala Desa Sanankerto, Mohammad Subur mengatakan objek wisata Boon Pring dulunya berupa hutan bambu. Penduduk sekitar memanfaatkannya untuk membuat rumah dan kayu bakar di dapur. Sampai ada program konservasi dari pemerintah pada 1978, masyarakat kemudian bergotong royong membuat embung yang kini disebut telaga dengan kedalaman 2 sampai 3 meter.
Pada 1983 penanaman beragam jenis bambu dimulai sampai berumpun-rumpun sesuai jenis masing-masing. Sebelum bernama Boon Pring, objek wisata ini sebelumnya bernama Sumber Andeman atau Taman Wisata Andeman.
Tiada sungai di telaga itu. Airnya berasal dari enam mata air, yakni Sumber Adem, Sumber Towo, Sumber Gatel, Sumber Maron, Sumber Krecek, dan Sumber Seger. Sumber Adem dan Sumber Towo menjadi mata air terbesar.
Disebut Sumber Adem karena orang yang melihatnya merasa adem hatinya dan airnya memang dingin. Adapun di Sumber Gatel, seperti namanya, orang bisa gatal-gatal jika berendam di Sumber Gatel. Obat gatal itu ada di Sumber Towo, yang jika terkena airnya maka rasa gatal bisa hilang. Subur menjelaskan, mata air di Sumber Towo berusia paling tua dan dipercaya mampu mengobati pelbagai penyakit.
Suasana objek wisata Boon Pring di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Senin, 20 Mei 2019. TEMPO | Abdi Purmono
Sementara itu, Sumber Seger berair jernih dan segar sehingga bisa langsung diminum, sekaligus bisa mengobati pegal dan linu. Adapun Sumber Maron dipercaya sebagai penanda pergantian musim. Jika airnya mulai surut, tandanya masuk musim kemarau dan begitu sebaliknya. Sedangkan Sumber Krecek karena selalu mengeluarkan bunyi 'krecek-krecek'.
Warna air telaga tampak kehijauan karena pantulan warna hutan bambu dan pohon besar di sekitarnya. Beragam jenis ikan hidup di dalamnya, yang didominasi ikan koi dan nila. Selebihnya tombro dan ikan mas.
Nama Boon Pring merupakan gabungan dua suku kata dalam bahasa Inggris dan Jawa, yakni boon (anugerah) dan pring (bambu). Kata boon juga merujuk pada lafal kata kebun jadi bun. "Kemudian dicarikan persamaan katanya dalam bahasa Inggris dan ketemu kata boon itu. Artinya juga sangat bagus dan menjual sebagai objek wisata," kata Subur.