Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Phuket- Para pengusaha hotel di Asia Pasifik bersepakat untuk menjaga perubahan iklim dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Kesepakatan ini diambil saat mereka mengikuti Phuket Hotels for Islands Sustain Tourism Forum 2019 di Phuket, Thailand, 23 September 2019. Ada seribu delegasi dari para pelaku usaha wisata dari seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang berkumpul dan bersepakat menjaga lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Perubahan iklim, sampah plastik, kerusakan lingkungan itu adalah hal-hal yang berefek pada kita,” kata Anthony Lark, Presiden Asosiasi Hotel-hotel Phuket. “Hanya ada satu cara untuk menangkal masalah ini melalui pendekatan bersama, bekerja bersama untuk membuat perubahan,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anthony, mereka siap untuk tidak menggunakan bahan plastik dalam berbagai aktivitas bisnis mereka. “Ada rencana untuk memberikan edukasi bagaimana mendaur ulang plastik menjadi bioplastik yang ramah lingkungan,” ucapnya.
Ia menambahkan, konferensi ini tak hanya diikuti oleh para pelaku industri hotel di Asia Tenggara tapi juga para pelaku usaha lain dan pemerintah. “Karena menjaga perubahan iklim itu membutuhkan kerja bersama dari semua pihak.”
Kepala Kantor Operasional Hotel Six Senses, Guy Heywood menjelaskan, wisata dunia bertumbuh cepat dan meletakkan tekanan yang cepat ini pada sumber daya, komunitas dan lingkungan itu. “Di Six Senses, kami mendorong agenda penyelamatan lingkungan sudah bertahun-tahun,” katanya. Ia merasa senang melihat industry hotel saat ini mulai proaktif terhadap isu-isu kritis seperti ini.
Heywood menjelaskan, beberapa yang dilakukan di hotelnya untuk menjaga perubahan iklim dengan menggunakan gelas botol untuk menyediakan air minum di tiap kamar, penggunaan tisu yang ramah lingkungan, hingga mengganti peralatan plastik atau kertas dengan bahan yang tidak mengganggu ekosistem.
Aktivis lingkungan, Jesper Palmqvist mengajak serta putrinya yang berusia 12 tahun, Maylea Palmqvist untuk mengkampanyekan penyelamatan bumi untuk generasi mendatang. Ia mengenakan kaos bertuliskan present (sekarang) dan Maylea mengenakan kaos bertuliskan future (masa depan). “Sudah seharusnya para pelaku industri wisata membuat pariwisata yang eco-friendly tapi bisa juga mencetak uang dari sini,” katanya.
Jesper mengapresiasi para pelaku wisata lokal di Bali, Pulau Bintan, dan Jawa Tengah yang melakukan bisnis pariwisata yang ramah lingkungan. “Bali menggunakan air yang didaur ulang sebagai salah satu cara untuk menjaga lingkungan.”