Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Acara adat berburu nyale di kawasan Mandalika, Lombok Tengah, diikuti ribuan warga, Rabu, 7/3, dini hari. Lain dari biasa, acara bau nyale kali ini juga disaksikan para perwira Angkatan Laut 25 negara sahabat yang kebetulan tengah berada di Mataram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hujan turun membasahi pantai Seger, sekitar pukul 3.30 Waktu Indonesia Tengah, saat acara dilangsungkan. Suara gemuruh terdengar begitu ribuan warga turun ke laut hingga sejauh 15 meter dari bibir pantai. Semua berharap mendapatkan nyale.
Nyale atau cacing laut dipercaya warga setempat sebagai penjelmaan Putri Mandalika. Mereka meyakini setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak, nyale akan menampakkan diri. Mereka pun teriak-teriak agar Nyale tadi muncul ke permukaan laut.
Setiap orang yang turun ke laut memegang serok jaring untuk mendapatkan nyale.. Saebudin, 30 tahun, misalnya juga membawa tiga botol besar air mineral. Warga asal Narmada, Lombok Barat, ini akhirnya berhasil memenuhi botol-botol itu.
"Ayo silahkan bayar Rp 100 ribu," katanya menawarkan cacing laut hasil tangkapannya itu.
Sebenarnya, tradisi menangkap cacing laut bersama-sama ini ada juga di bagian lain Lombok. Tetapi di Lomok Tengah menjadi tradisi karena dilatari legenda Putri Mandalika tersebut. Dalam 10 tahun terakhir, acara ini masuk ke calendar of event atau kalender kegiatan pariwisata nasional.
Prosesi ini dihadiri oleh Staf Ahli Menteri Pariwisata bidang Multikultural Esthy Rekso Astuti. Ada pun para perwira Angkatan Laut 25 negara sahabat yang hadir sebenarnya tengah mempersiapkan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) tahun 2018 yang akan berlangsung awal Mei 2018.
Perwakilan Negara sahabat yang menyaksikan perburuan nyale itu, dari: Brunei Darusalam, Uni Emirat Arab, Bangladesh, Vietnam, Philipina, Singapura, China, Polandia, Brazil, Mexico, Rusia, Australia, Arab Saudi, Amerika Serikat, Peru, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Prancis, Myanmar, Srilanka, Swedia dan Turki. Mereka semua mengenakan sapuk (ikat kepala) Sasak di kepalanya.
SUPRIYANTHO KHAFID