Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Selain Desa Terbersih di Dunia, Ini Keunikan Lain Desa Penglipuran

Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli ini adalah desa adat yang menjadi primadona pariwisata di Bali.

12 Oktober 2020 | 12.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Berkunjung ke Bali tak lengkap jika tak mampir ke salah satu pantainya yang indah. Tapi sayang sekali jika berkunjung ke Bali tapi tak mampir ke salah satu desanya yang indah, desa Penglipuran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Desa yang terletak di Kabupaten Bangli ini adalah desa adat yang menjadi primadona pariwisata di Bali. Desa ini juga mengantongi predikat sebagai salah satu desa terbersih di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagaimana tidak, saat masuk ke desa ini, tak ada satu pun sampah yang terlihat. Pengunjung juga akan disambut deretan tanaman hijau yang asri. Disempurnakan dengan pemandangan gunung yang menyejukkan mata. Tak heran udara di sana terasa bersih dan segar. Apalagi sama sekali tak ada kendaraan bermotor yang beroperasi di sana.

Berikut keunikan dan daya tarik lain dari desa Penglipuran seperti dikutip Indonesia Travel:

- Tata ruang desa berkonsep Tri Mandala

Sebagai desa adat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang, tata ruang desa Penglipuran pun mengusung patokan adat yang sudah turun temurun. Desa ini dibangun dengan Konsep Tri Mandala. Tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah, yakni Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista Mandala. Pembagian wilayah tersebut diurutkan dari wilayah paling utara hingga paling selatan.

Di wilayah utara, ada Utama Mandala. Wilayah ini merupakan tempat suci atau tempat para dewa. Di sini lah tempat beribadah didirikan. Di bagian tengah, ada zona Madya Mandala. Zona tengah merupakan permukiman penduduk. Rumah-rumah penduduk dibangun berbanjar di sepanjang jalan utama. Sedangkan, wilayah paling selatan disebut dengan Nista Mandala. Tempat ini adalah zona khusus untuk pemakaman penduduk.

- Hutan bambu pelindung desa

Di sana juga ada hutan bambu yang luasnya mencapai 45 hektare atau sekitar 40 persen dari luas keseluruhan desa. Hutan bambu yang mengelilingi desa ini terus dijaga dan dilestarikan sampai saat ini sebagai bentuk pelestarian warisan dari para leluhur dan wujud nyata dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Masyarakat setempat juga percaya bahwa hutan bambu ini adalah bagian dari awal sejarah keberadaan mereka. Hutan bambu ini juga memiliki fungsi sebagai kawasan resapan air, maka hutan ini disebut sebagai hutan pelindung desa.

- Pura Luhur Penglipuran

Pura ini menjadi tempat warga setempat melaksanakan sejumlah ritual keagamaan. Salah satu ritual besarnya adalah Ngusaba yang biasa dilakukan untuk menyambut hari raya Nyepi.

Desa Penglipuran mampu mewujudkan pariwisata berkelanjutan yang dikemas dalam Penglipuran Festival Village. Dok. Kemenparekraf

Selain itu, setiap 15 hari sekali, masyarakat di sana akan datang ke Pura Penataran untuk bersembahyang. Ritual ini terus dilakukan karena sudah diajarkan oleh para tetua adat dan merupakan ajaran yang diwariskan oleh para leluhur.

- Loloh Cemcem dan Tipat Cantok

Belum lengkap jika berkunjung ke daerah wisata tapi tak mencoba kuliner khasnya. Di desa ini ada loloh cemcem dan tipat cantok.

Loloh cemcem merupakan minuman khas yang terbuat dari daun cemcem atau daun kloncing yang berkhasiat untuk melancarkan pencernaan. Minuman ini juga dibuat secara tradisional dan dijamin tidak menggunakan pengawet atau pemanis buatan. Sedangkan tipat cantok adalah makanan sejenis ketupat dan sayuran rebus yang kemudian disajikan bersama dengan bumbu kacang.

- Penglipuran Village Festival

Festival budaya ini biasanya diselenggarakan di akhir tahun dengan rangkaian kegiatan yang beragam, mulai dari parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, parade seni budaya, dan berbagai lomba lainnya.

Setiap agenda ini diadakan, biasanya jumlah wisatawan akan membludak untuk menyaksikan berbagai kegiatan yang memamerkan seni dan budaya khas Bali.

Sayangnya, Anda harus bersabar dulu untuk mengunjungi desa ini. Sebab, pandemi Covid-19 membuat kawasan desa ditutup sementara dari kunjungan wisatawan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus