Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Desainer Ivan Gunawan kembali menghadirkan koleksi busananya dalam rangka menyambut Ramadan yang sebentar lagi datang. Ini merupakan tahun kedua bagi Ivan meramaikan Ramadan dengan koleksi pakaiannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui dua lini busananya bernama Mandjha Hijab dan Khalif Men’s Wear, ia membawa 150 koleksi busana perempuan dan laki-laki dalam sebuah pergelaran bernama "Nostalgia" pada Rabu lalu di kawasan SCBD, Jakarta. Ivan bercerita bahwa koleksinya ini disiapkan selama empat bulan. Waktu tersebut digunakan untuk mendesain material busana dan penjahitan karena semua materialnya ia buat sendiri. "Semua memang in-house production," ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Igun-sapaan akrab Ivan Gunawan-memilih bahan tweed buat dijadikan blazer dan outer untuk busana perempuan. Bahan tweed merupakan wol yang ditenun, bertekstur kasar, serta dipadukan dengan bahan voile yang ringan dan brokat yang halus. Bagi Ivan, bahan tweed ini bisa menjadi opsi untuk memadupadankan busana. Di bagian bawah, Ivan merancang gaya yang flowy. "Imajinasiku, kalau orang kena angin berembus lebih dramatis," katanya.
Dalam peragaan busana kali ini, Ivan memang terinspirasi oleh perjalanan wisatanya ke negara Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Turki. Imajinasi itu datang dalam bentuk arsitektur, gaya hidup masyarakat di sana, makanan, dan pakaian masyarakat di tempat tersebut. Semuanya terekam baik di kepalanya hingga menghasilkan koleksi yang dipamerkan dalam peragaan busana "Nostalgia".
Ivan pergi ke Eropa saat musim gugur. Ia sangat menyukai berlibur pada musim itu karena suasana sepoi-sepoi angin yang menyenangkan. Ini mempengaruhi pakaian rancangannya yang memiliki tampilan lebih hangat. Untuk busana perempuan, warna-warna yang dipilih juga menggambarkan suasana pada musim gugur, seperti cokelat, mustard, peach, hijau, dan warna daun kering.
Ivan ingin meninggalkan kesan busana muslim identik dengan warna pastel yang cenderung aman. Kendati begitu, dalam sejumlah koleksi yang dipamerkan, Ivan tetap menggunakan warna aman, seperti putih dan hitam. Ia juga tak ragu menabrakkan warna-warna pada busananya, tapi tetap terlihat elegan.
Siluet busana yang longgar pada busana muslim perempuan memberi ruang kepada Ivan menambahkan berbagai ornamen di dalam busana rancangannya, seperti smock di bagian lengan bawah, flounce pada terusan, dan frills pada jaket.
Meski busananya memiliki konsep layering, tidak ada satu pun yang memperlihatkan lekuk tubuh pemakainya, khas busana modest. Hal ini ditegaskan Ivan karena ia ingin rancangannya mengikuti syariat agama. Dalam busana Ramadan rancangannya, ia juga tidak menampilkan motif manusia dan binatang yang bernyawa. Ia memang menampilkan motif seperti kembang dalam rancangannya ini.
Tak hanya merancang busana muslim perempuan, ia juga mengeluarkan koleksi hijab perempuan yang serasi dengan busana yang dipamerkan. Hijabnya ada yang berbahan sutra, ada juga pashmina. Selain itu, Ivan menghindari merancang busana Ramadan yang tampilannya seperti busana pesta.
Ia beralasan, tidak semua masyarakat Indonesia berlebaran dengan mewah. Sejumlah masyarakat justru menjadikan Ramadan dan Idul Fitri sebagai momen berkumpul dengan keluarga dan tetangga saja. "Teman-teman saya sudah buat yang mewah, yang sederhana malah lebih susah mengerjakannya," tuturnya.
Selain mengeluarkan busana Ramadan untuk perempuan, Ivan memamerkan koleksi busana muslim buat laki-laki. Busana laki-laki yang dirancangnya lebih simpel dibanding busana perempuan. Konsepnya adalah baju koko dengan kerah yang tidak terlalu tinggi. Ivan menggunakan kerah berukuran 2 sentimeter dengan bahan katun, ditambah patchwork perpaduan motif kain dengan warna berbeda atau senada.
Warna-warna putih, cokelat, abu-abu, serta maroon dipilih Ivan dalam busana pria. Meski begitu, secara tampilan, busana-busana ini tidak hanya bisa digunakan pada hari raya, tapi juga ketika beribadah pada Jumat.
Busana-busana ini dipadupadankan dengan celana semata kaki dan celana sarual yang lurus berbahan chino atau katun regang. Ivan memang menghindari pakaian laki-laki yang memiliki kesan ribet dengan bordir. "Aku lebih menyukai laki-laki (berbusana) simpel," ujarnya.
Soal tata panggung, Ivan tidak main-main dengan mengatakan peragaan busananya selalu menggabungkan unsur fashion dan hiburan. Ia dan timnya mendekorasi panggung peragaan busana dengan tatanan ala hutan dengan pohon dan bunga berguguran. Ia mengaku terinspirasi oleh peragaan busana yang dilakukan Chanel saat memamerkan koleksi Fall-Winter 2018-2019 dalam Paris Fashion Week pada Maret tahun lalu.
Baginya, sosok Karl Lagerfeld adalah idola. Tiap kali Karl membuat peragaan busana Chanel, menurut dia, tidak pernah biasa-biasa saja, selalu spektakuler. Tak hanya para model yang berlenggak-lenggok di panggung, sejumlah selebritas beserta istri dan anaknya turut tampil dalam pergelaran kali ini. Sebut saja Indra Bekti dan Ramzi. "Ini versi kecilnya (dari pertunjukan Karl Lagerfeld). Karl Lagerfeld idola saya, tapi bukan copycat." DIKO OKTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo