Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kawasan hutan menjadi salah satu destinasi alternatif bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Hutan-hutan di Yogyakarta itu tersebar seperti di Kabupaten Bantul, Sleman, maupun Kabupaten Gunungkidul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun pada tahun ini, musim kemarau yang lebih panjang meningkatkan potensi kebakaran di kawasan hutan dan lahan di Yogyakarta karena lahan yang kering lebih mudah terbakar. Jadi, mereka yang gemar berpergian di kawasan hutan perlu lebih waspada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa hutan di Yogyakarta sempat mengalami kejadian kebakaran, seperti Hutan Wanagama di Playen, Gunungkidul pada 9 Oktober 2023 lalu. Kebakaran lain sempat terjadi di Hutan Mboro di Semin Gunungkidul dan hutan di Nawungan Bantul pada Agustus 2023. Pada September 2023, hutan di lereng Gunung Gambar, Ngawen, Gunungkidul juga terbakar hingga sempat viral di media sosial.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat, sepanjang periode Januari hingga Oktober ada 557 kejadian kebakaran di DIY.
Dari jumlah kebakaran itu sekitar 30 persennya atau persisnya 183 kejadian kebakaran terjadi kawasan hutan dan lahan.
"Sebagian besar kejadian kebakaran di kawasan hutan itu terjadi pada September dan Oktober ini," kata Kepala Bidang Penanganan Darurat, Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan BPBD DIY Lilik Andi Aryanto Kamis 19 Oktober 2023.
Lilik menuturkan, kawasan hutan lahan itu paling banyak mengalami kebakaran ada di Kabupaten Bantul sebanyak 53 kejadian yang disusul Kabupaten Sleman sebanyak 51 kejadian.
"Pemicu kebakaran di hutan mayoritas akibat ada aktivitas pembakaran sampah daun dan ranting yang kemudian merembet sekitarnya," kata dia.
Kepala Stasiun Klimatologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY Reni Kraningtyas menuturkan, panasnya cuaca belakangan ini di Yogyakarta karena dampak kemarau panjang. Yogyakarta saat ini mengalami hari tanpa hujan terlama dalam lima tahun terakhir.
"Hasil monitoring kami, hari tanpa hujan di wilayah DIY saat ini sudah lebih dari 60 hari," kata dia.
BMKG Yogyakarta mencatat wilayah di Yogyakarta yang mengalami kekeringan ekstrem atau lebih 60 hari tanpa hujan yakni Kabupaten Bantul. Meliputi Kecamatan Pundong, Imogiri, Jetis, Kasihan, Bantul, Sewon, Banguntapan, Piyungan, Dlingo, Sedayu, dan Pleret.
"Peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan harus lebih diwaspadai dengan situasi itu," kata Reni.
Reni membeberkan, kemarau lebih panjang tahun ini dipicu adanya fenomena El Nino yang lebih kering dari tahun sebelumnya. Juga pengaruh fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) Positif dengan indeks yang akan bertahan sampai dengan akhir tahun.
"Jadi kondisi hujan tahun ini lebih lambat atau mundur sekitar 2-3 dasarian," kata dia.
Prakiraan musim hujan di Yogyakarta diprediksi baru terjadi pada November dasarian I hingga Desember dasarian I. Sedangkan prakiraan puncak musim hujan di Februari 2024 dan durasinya selama 13-21 dasarian atau 5 sampai 7 bulan. Antisipasi dampak kondisi tersebut pada kejadian kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan berkurangnya ketersediaan air bersih. "Karena kemarau ini diprediksi masih akan berlangsung hingga awal November 2023," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO