Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tambrauw - Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, masih kalah pamor oleh saudara dekatnya, Raja Ampat. Padahal wilayah di "ubun-ubun" kepala burung Pulau Papua ini memiliki pesona alam yang memikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tambrauw pun masih belum dilirik wisatawan. Musababnya, Tambrauw selama ini hanya dikenal sebagai salah satu daerah lintasan yang menghubungkan dua kota besar di Papua Barat, yakni Sorong dan Manokwari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Guna memaksimalkan potensi Tambrauw, mulai tahun ini, wilayah tersebut tengah disiapkan menjadi daerah wisata. “Karena Tambrauw memiliki potensi alam yang lengkap. Dari segi alam, Tambrauw kaya sekali,” kata Bupati Kabupaten Tambrauw Gabriel Asem kepada Tempo saat ditemui di Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, pada Kamis, 17 Mei 2018.
Tempo berkesempatan menjelajahi Kabupaten Tambrauw dalam ekspedisi bersama Kementerian Pariwisata pada 14-18 Mei 2018 dan mengunjungi beberapa potensi yang dimaksud. Sebagai wilayah yang membentang dari pegunungan sampai pesisir, Tambrauw menyimpan atraksi wisata yang belum dipoles berupa wisata bahari, alam, dan budaya.
Dari sisi bahari, Tambrauw memiliki pantai khusus tempat pengamatan penyu belimbing atau Dermochelys coriacea bertelur, yakni Pantai Jamursba Medi. Pantai ini berlokasi di Distrik Abun dengan panjang garis pantai mencapai 18 kilometer.
Lewat jalur laut dari Pelabuhan Sausapor di Distrik Sausapor atau ibu kota sementara Kabupaten Tambrauw, Jamursba Medi bisa ditempuh dalam waktu dua jam menggunakan speed boat.Matahari terbit di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Tempo/Francisca Chrisrty Rosana
Pantai ini pernah diulas dalam film dokumenter berjudul Journey to the South Pacific gubahan MacGillivary Freeman dan IMAX Entertainment. Konon, Jamursba Medi menjadi habitat penyu belimbing bertelur terbesar di dunia. Penyu ini melakukan migrasi dari California dan melakukan perjalanan selama lebih-kurang enam bulan untuk sampai di perairan Tambrauw melewati Samudra Pasifik.
Selain tempat bertelur penyu yang diklaim langka itu, Tambrauw menjadi tempat tapak tilas Perang Dunia II. Di beberapa tempat, seperti Distrik War (berwaktu tempuh 30 menit dari pusat Kota Sausapor), ditemukan delapan tank artileri yang tersebar di beberapa titik. Konon, tank ini milik sekutu.
Kondisi tank masih utuh. Namun hampir seluruh bagian berkarat dan ditutupi tanaman yang menjalar. Tank berada di tengah hutan, lebih-kurang 1 kilometer dari jalan raya. Hutan ini milik masyarakat adat yang dijaga baik oleh beberapa marga. Salah satunya marga Yekese.
Ditemukan pula beberapa peninggalan berupa tikar pacu yang tersebar di kebun-kebun milik warga. Juga landasan pacu peninggalan Macarthur.
Dari sisi alam, Kabupaten Tambrauw memiliki beberapa keunggulan yang belum tergali. Di Distrik Kebar, yang berwaktu tempuh empat jam dari Sausapor, misalnya, terdapat sebuah savana raksasa. Savana itu dijuluki Bukit Teletubbies, yang sebenarnya bernama asli Bukit Sontiri.
Bukit Sontiri seperti basin. Wilayahnya cekungan berbukit yang dikelilingi pegunungan. Pegunungan itu adalah landmark Tambrauw, yakni Pegunungan Tambrau. Dari jauh, bukit tampil membentang bak karpet alam. Bukit juga menjadi tempat pelintasan rusa-rusa liar. Dalam kondisi yang cukup cerah, sinar keemasan matahari terbit dan tenggelam akan menyulap Sontiri menjadi lembah bersepuh cahaya merah.
Bukit Teletubbies berjarak tak sampai 2 kilometer dari pusat Distrik Kebar. Di balik bukit itu, terdapat permandian air panas alami yang bersumber dari gas bumi atau geothermal. Permandian ini adalah War Aremi. Masyarakat kerap memanfaatkannya untuk relaksasi.
Adapun di Distrik Miyah, tersembunyi air terjun tujuh tingkat dengan ketinggian limpahan air mencapai 200 meter. Air terjun ini populer dengan nama Anenderat dan sarat akan kearifan lokal. Di situ, hidup masyarakat dengan adat yang kuat.
Distrik Miyah dikelilingi hutan konservasi. Di dalam hutan itu, berdiam cenderawasih, burung endemis Papua. Pagi-pagi benar, kicauan burung akan memenuhi langit Distrik Miyah.
Untuk menuju Kabupaten Tambrauw, wisatawan bisa memilih dua pintu masuk lewat jalur udara, antara lain Bandar Udara Dominique Eduard Osok, Sorong. Dari sini, perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan double cabin melalui jalur darat dengan waktu tempuh sekitar empat jam menuju Sausapor.
Alternatif lain ialah melalui Bandar Udara Rendani, Manokwari. Dari bandara, perjalanan dilanjutkan menggunakan kendaraan double cabin menuju Kebar dengan waktu tempuh lebih-kurang empat jam. Bisa juga melalui jalur laut dari Sorong menuju Sausapor dengan waktu tempuh 2,5 jam.