Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Tema Kepahlawanan Diangkat di Festival Gandrung Sewu Tahun Ini

Festival Gandrung Sewu diadakan pada 20 Oktober 2018 ini memilih tema kepahlawanan, untuk memperkenalkan kiprah Bupati Banyuwangi yang pertama.

19 Oktober 2018 | 20.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ratusan penari saat pementasan kolosal Tari Gandrung Sewu di Pantai Boom, Banyuwangi, 29 November 2014. Pementasan Gandrung Sewu, tari tradisional Banyuwangi yang membawakan tema Seblang Sewu ini di ikuti 1200 penari dari seluruh desa di Banyuwangi. TEMPO/Fully Syafi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banyuwangi - Festival Gandrung Sewu yang bakal digelar di Banyuwangi pada 20 Oktober 2018 merupakan yang kedelapan kalinya. Digelar sejak 2011, festival yang menampilkan 1.000 penari gandrung tersebut telah mampu menggerakkan ekonomi lokal serta menjadi media untuk mempelajari sejarah kepahlawanan melawan penjajahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Alhamdulillah, selama ini Festival Gandrung Sewu telah disambut antusias oleh wisatawan. Dan ini berdampak positif ke ekonomi lokal, ada ribuan warga yang menerima berkah ekonominya, mulai warung, jasa transportasi, restoran, homestay, hotel, sampai UMKM produsen oleh-oleh,” ujar Kepala Dinas Pariwisata MY Bramuda dalam rilis yang diterima TEMPO, Jumat, 19 Oktober 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menjelaskan, kedatangan ribuan wisatawan dalam dan luar negeri secara langsung ikut menambah pendapatan warga Banyuwangi. “Semoga ini bisa terus meningkat dan ikut menciptakan peluang ekonomi bagi warga,” ujarnya. Tari Gandrung sendiri adalah tari khas daerah yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Bukan Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di masa kolonialisme, Tari Gandrung adalah bagian tak terpisahkan dari taktik untuk melawan penjajahan.

Bramuda menjelaskan, tahun ini, pergelaran Gandrung Sewu mengangkat tema Layar Kumendung. Penonton tidak hanya akan menyaksikan kemegahan tarian, tapi juga fragmen drama kepahlawanan yang menyertainya. Pertunjukan ini melibatkan sebanyak 1.173 penari, 64 penampil fragmen, dan 65 pemusik. “Di pertunjukkan ini koreografi tarian akan diselingi dengan fragmen drama Layar Kumendung dengan perbandingan 70 persen tarian dan 30 persen fragmen. Dijamin pertunjukan Gandrung Sewu akan semakin menarik,” ujar Bramuda.

Baca Juga:

Tema Layar Kumendung merupakan salah satu judul tembang yang menjadi pengiring pada tari Gandrung. Tema ini masih berkaitan dengan tema di tahun-tahun sebelumnya yang juga mengangkat gending-gending pengiring Gandrung seperti Podo Nonton, Seblang Lukinto, dan Kembang Pepe. Tema Layar Kumendung yang diangkat pada tahun ini, menurut Bramuda, akan menampilkan kisah heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan VOC Belanda. Meski kemudian Raden Mas Alit harus gugur dalam sebuah ekspedisi pelayaran (Layar) hingga menyebabkan kesedihan (Kumendung) bagi rakyat Banyuwangi.

“Kisah kepahlawanan itu dikemas dalam fragmen menarik, sehingga pertunjukan ini tidak sekadar peristiwa seni dan budaya, tapi juga menjadi media untuk kembali mengingat sejarah pahlawan yang telah berjasa bagi Banyuwangi. Sehingga kita bisa terus mencintai daerah ini serta tergerak untuk memajukannya,” ujar Bramuda.

DAVID PRIYASIDHARTA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus