Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Seniman di Bandung menggelar acara Temu Penyair menjelang akhir tahun di Gedung Kesenian Rumentang Siang pada Jumat malam, 30 Desember 2022. Selain menjadi ajang reuni pascapandemi, hadirin juga membawa pulang oleh-oleh berupa bibit tanaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu simbol kehendak semoga 2023 dan selanjutnya menjadi tahun-tahun menanam," kata Herry Dim, salah seorang penggagas acara, Sabtu, 31 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bibit tanaman yang dibagikan itu seperti kelor, durian, sawo, sukun, dan nangka. Ide pembagian bibit pohon itu menurut Herry, terkait masalah hutan-hutan yang semakin gundul atau berkurang luas areanya. Dampaknya seperti perubahan iklim, pemanasan global, dan bencana alam.
“Maka menanam pohon di lahan khusus ataupun sebidang lahan kecil di pelataran rumah itu menjadi penting,” ujar dia.
Temu Penyair Jadi Ajang Reuni
Acara Temu Penyair 2022: Menyapa Kata, Menyapa Kita menjadi ajang pertemuan atau reuni para penyair secara langsung di suatu tempat. Selain Bandung, mereka berdatangan dari Jakarta dan daerah lain di Jawa Barat.
Di pertemuan itu, ada pembacaan puisi, musikalisasi puisi, tarian puitik, dan pidato kebudayaan. Panitia mengundang antara lain, Acep Zamzam Noor, Ahda Imran, Bambang Q. Annes, Bunyamin Fashya, Deni Ahmad Fajar, Diro Aritonang, Fadjroel Rachman, Farra Yanuar, Inne Arini, Ipit S. Dimyati, dan Kurnia Effendi.
Simak: 8 Puisi Mbeling Karya Remy Sylado, Seberapa Nakalnya?
Mengenang dan Doakan Soni Farid Maulana, Remy Sylado, dan Beni Setia
Selain itu mereka mengenang dan mendoakan tiga orang sastrawan yang baru-baru ini meninggal dunia. Mereka adalah penyair Soni Farid Maulana yang meninggal pada 27 November lalu di Ciamis. Kemudian Remy Sylado yang wafat pada 12 Desember di Jakarta, juga penulis Beni Setia yang berpulang pada 24 Desember di Caruban, Madiun, Jawa Timur.
Menurut ketua pelaksana acara, Hikmat Gumelar, berpuluh tahun mereka mendedikasikan hidupnya untuk sastra. Kematian tiga orang sastrawan itu yang memunculkan rencana penggagas untuk melakukan pertemuan sejawat. “Menyapa Kata, Menyapa Kita jadi merupakan doa untuk ketiga sastrawan tersebut,” katanya.
Pertemuan penyair itu juga diharapkan bisa meningkatkan apresiasi terhadap karya, termasuk apresiasi ekonomi terhadap sastra, khususnya puisi. Acara itu melibatkan Institut Nalar Jatinangor, Odesa Indonesia, Studio Pohaci, Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia, dan Al-Mizan.
ANWAR SISWADI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.