Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Tenun Badui Makin Dilirik Konsumen Lokal dan Internasional

Kain tenun Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, mulai dilirik konsumen karena memiliki keunikan tersendiri.

30 Oktober 2017 | 13.30 WIB

Ilustrasi perajin tenun Badui. (ANTARA News)
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi perajin tenun Badui. (ANTARA News)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kain tenun Badui dari pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, mulai dilirik konsumen karena memiliki keunikan tersendiri. "Kami selama sepekan ini kewalahan melayani pesanan dari luar daerah," kata Neng, 40 tahun, seorang perajin tenun Badui warga Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Sabtu, 28/10.

Selama ini, banyak konsumen dari berbagai daerah datang memesan 10 sampai 20 unit tenun. Selain itu juga banyak wisatawan yang membeli tenun Badui sekadar untuk dijadikan kenang-kenangan. Kebanyakan para konsumen itu adalah kaum perempuan.

Meningkatnya permintaan tenun Badui ini besar kemungkinan terkait keputusan para perancang busana yang menggunakan bahan tenun Badui untuk karya mereka. Dalam beberapa kali peragaan busana di tingkat nasional hingga internasional karya itu juga mereka tampilkan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pembuatan kain tenun Badui dikerjakan kaum perempuan dengan peralatan secara manual.  Biasanya, kata Neng, untuk menghasilkan tenun dengan ukuran 3x2 meter persegi dibutuhkan waktu selama sepekan.

Pengerjaan kain tenun dilakukan sambil duduk di balai-balai rumah yang terbuat dari dinding bambu dan atap rumbia.  "Pendapatan ekonomi keluarga sangat terbantu dengan kerajinan kain Badui itu," katanya.Artis Ayushita (kanan) dan Shelomita memperagakan busana koleksi Lekat pada hari terakhir pekan mode Jakarta Fashion Week 2015 di Fashion Tent Senayan City, Jakarta, Jumat 6 November 2014. Dengan mengusung tema Partspective menampilkan keindahan tenun Badui dikombinasikan dengan metode menenun dari Bali yang terinspirasi dari pop art tahun 1960an. TEMPO/Nurdiansah

Salah seorang perajin warga Baduy Luar, Amir, 40 tahun mengaku, selama ini permintaan kain dan batik Badui meningkat. Adapun, harga kain tenun dan pakaian batik Badui itu berkisar antara Rp 70.000 sampai Rp 350.000 per busana.  "Makin banyak wisatawan domestik yang mencintai produk Badui.”

Kepala Seksi Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Sutisna, optimistis tenun Badui bisa mendunia. Belum lama ini dilakukan peragaan busana dengan bahan tenun Badui ini di London Fashion Week di Sommerset House, London, Inggris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Adalah desainer muda Amanda I Lestari yang menyertakan tenun Badui pada ajang London Fashion Week itu.

Tenun Badui memiliki aneka warna dan motif, di antaranya poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).

Selain itu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus