Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Tragedi Maut di Pantai Payangan Jember, BMKG Ingatkan soal Mitigasi RIP Current

Belasan anggota Padepokan Tunggal Jati Nusantara tewas tersapu gelombang tinggi saat melakukan ritual di sekitar Pantai Payangan Jember.

15 Februari 2022 | 08.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban hilang yang terseret ombak di Pantai Payangan Jember, Minggu 13 Februari 2022. Korban adalah bagian dari peserta ritual buang sial. (ANTARA/VJ Hamka Agung Balya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa tewasnya 11 orang pelaku kegiatan ritual di Pantai Payangan Jember, Jawa Timur pada Ahad, 13 Februari lalu menyisakan duka sekaligus pekerjaan rumah bagi pemerintah. Tragedi itu menjadi bukti bahwa masih ada masyarakat yang belum memahami mengenai mitigas bencana, khususnya RIP Current atau arus balik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Musibah Pantai Payangan Jember memberi pelajaran penting bagi kita semua akan pentingnya mitigasi bencana RIP current," kata Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Daryono, Senin, 14 Februari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RIP current adalah arus kuat dari air laut yang yang bergerak menjauh dari pantai. Fenomena arus itu terbentuk jika gelombang laut datang dan menghempas garis pantai yang berbentuk teluk atau cekungan yang akhirnya menghasilkan arus balik.

Rombongan Padepokan Tunggal Jati Nusantara sebelumnya melakukan ritual di sekitar Pantai Payangan pada Ahad dini hari. Namun mereka dihantam gelombang tinggi hingga menyebabkan 11 orang meninggal. Pimpinan kelompok itu selamat bersama 11 anggota lainnya.

Morfologi Pantai Payangan Jember sendiri berbentuk teluk, maka diduga kuat musibah yang terjadi sangat mungkin diakibatkan arus RIP current. Jika dicocokkan dengan waktu kejadian bersamaan dengan waktu pasang dan berdasarkan informasi dari BMKG, tinggi gelombang saat kejadian mencapai sekitar 2-2,5 meter.

Menurut Daryono, rentetan musibah ini sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan masyarakat mengingat hampir setiap tahun selalu saja terjadi kasus serupa. "Entah sudah berapa banyak warga masyarakat dan wisatawan menjadi korban keganasan arus laut Pantai Selatan," ujarnya.

Sebagian masyarakat pesisir selatan Jawa menyebut arus laut yang sering menyeret korban ke tengah laut ini sebagai alun serot. Alun artinya ombak dan serot adalah sedot, artinya ombak yang bisa menyedot (orang). Sedangkan dalam dunia sains, fenomena alam mematikan itu disebut RIP current.

Daryono menjelaskan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai karakteristik dan bahaya arus laut di pantai menjadi faktor utama terus berulangnya korban jiwa terseret arus laut. Di Jawa, berkembangnya mitos dan cerita rakyat Nyai Roro Kidul bahwa Laut Selatan sering meminta korban.

Ia mengatakan hal ini sesungguhnya hanyalah bentuk ketidakmampuan masyarakat dalam menjawab fenomena alam pantai yang mematikan dan sering terjadi secara berulang. "Sebenarnya masyarakat dapat terhindar dari bahaya arus laut ini asalkan mau memahami karakteristik dan mekanisme terbentuknya arus berbahaya ini, karena fenomena derasnya arus pantai merupakan gejala alam biasa dan dapat dijelaskan secara ilmiah," kata Daryono.

Upaya mitigasi yang dapat dilakukan antara lain mengenali dan menetapkan lokasi rawan, penguatan pengetahuan mengenai bahaya arus ini dengan sosialisasi kepada Tim SAR, petugas penyelamat pantai, pengelola wisata, pedagang dan masyarakat setempat.

Sementara itu, tragedi ini juga tengah diselidiki oleh Kepolisian Resor Jember. Belasan anggota padepokan yang selamat telah diperiksa untuk melihat apakah ada unsur kelalaian dalam peristiwa itu. Informasi sementara, juru kunci Pantai Payangan sempat menginformasikan kepada anggota padepokan bahwa gelombang tinggi tengah terjadi di laut itu.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus