Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat pertunjukan teater secara langsung kembali dengan berbagai cara di seluruh dunia, seperti di New York dengan pertunjukan pop-upnya atau pembatasan ketat yang memungkinkan Disney's Frozen dibuka di Australia, satu teater di Jepang telah membawa inovasi ke level berikutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sanggar tari Tsuki Akarino Ido Gekijyo, yang berarti teater bergerak cahaya bulan dalam bahasa Jepang, membangun panggung melingkar dengan 30 kursi, masing-masing dalam kompartemen tersendiri yang dipisahkan oleh panel kayu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penonton tetap menjaga jarak secara fisik satu sama lain saat mereka duduk di kursi dan melihat pertunjukan melalui slot seperti kotak surat. Setiap panel berukuran enam setengah kaki kali tiga kaki juga memiliki lubang melingkar lainnya, menyerupai lubang mata-mata untuk mengintip.
Panggung mobile yang disebut Peeping Garden dapat dibongkar dan dipasang kembali, memungkinkannya melakukan perjalanan keliling Jepang. Konsep tersebut memulai debutnya pada Desember di Dance House Kogane 4422 di kota Nagoya, dan kemudian dipindahkan ke Prefektur Aichi.
Tiket untuk 12 pertunjukan telah terjual habis, menurut Reuters. Nobuyoshi Asai, yang menjalankan grup tari dan bertindak sebagai koreografernya mengatakan bahwa dia melihat konsep tersebut sebagai format panggung baru yang dapat dihargai orang dengan ketenangan pikiran. Dia juga mengatakan bahwa dengan membatasi ruang lingkup penglihatan, pemirsa ditarik ke dalam pertunjukan lebih dalam.
Untuk Yura Sugiura yang berusia 15 tahun, salah satu penampil dalam pertunjukan tersebut, pengalaman baru itu memungkinkannya untuk tenggelam dalam keahliannya dengan cara yang berbeda. "Saya tidak bisa melihat wajah penonton, tapi saya malah bisa masuk ke pekerjaan dan merasakan sensasi baru," katanya.
Kazuki Ichikawa, 23, yang membantu merancang panggung, mengatakan bahwa mereka bereksperimen untuk membuat pengalaman menonton yang tepat. "Kami mencoba berbagai diameter untuk lubang intip, dengan mengingat jarak. Bahkan, kami membuat lubang intip lebih lebar di bagian belakang untuk mengamankan bidang pandang," ujarnya.
Meskipun pengalaman menonton yang aman telah bisa dilakukan, namun belum terbayar secara finansial. Selain kapasitas yang terbatas, ada juga biaya tambahan untuk disinfektan tempat tersebut dan bahkan subsidi pemerintah belum menambah keuntungan.
Tapi Asai mengatakan ini lebih tentang melibatkan penonton lagi. "Jika kami tidak melakukannya, artis akan kehilangan kesempatan untuk menari dan berakting," katanya. "Kami ingin mengusulkan ini sebagai model untuk membawa penonton kembali ke teater."
TRAVEL AND LEISURE