Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Dari 11 kota penyelenggara Piala Dunia 2018, Rusia, Yekaterinburg, menyimpan keunikan tersendiri dibandingkan dengan kota-kota lain. Kota yang menyandang predikat salah satu kota terbesar di Rusia ini kerap disebut sebagai pusat seni dan budaya terbesar untuk Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yekaterinburg adalah kota terbesar keempat di Rusia dan dijadikan sebagai pusat administrasi Sverdlovsk Oblast, terletak di Sungai Iset timur, Pegunungan Ural, di tengah Benua Eurasia di perbatasan antara Asia dan Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menyandang kota terbesar keempat di Rusia, Yekaterinburg juga merupakan kota pusat olahraga di Rusia dengan memiliki total 1.728 fasilitas, termasuk 16 stadion, 440 ruang olahraga, 45 kolam renang. Fasilitas itu digunakan untuk semua kompetisi bergengsi, salah satunya Piala Dunia.
Yekaterinbug, Kota Penuh Keragaman. David Filipov (Independent.co.uk)
Tidak hanya menjadi pusat olahraga, kota ini disebut sebagai pusat industri. Seperti diketahui, industri baja menjadi sektor ekonomi utama di Yekaterinburg. Namun sekarang sudah menyatu dengan budaya pop, seperti keberadaan bar, kelab malam, penampakan graffiti di berbagai sudut, yang membuat kota ini lebih berwarna dan tidak kaku sehingga disebut sebagai Manchester Rusia.
Kota Yekaterinburg juga dikenal sebagai tempat berkembangnya seni, salah satunya musik eksperimental. Di sini, aliran musik tersebut merupakan kombinasi antara beatbox dan electronic dance music, yang digunakan sebagai gambaran metafora masa lalu mengenai Urals.
Keunikan lain adalah tarian shamanic, yang dikombinasikan dengan vokal bergaya tradisional lama saat menggelar upacara. Tujuannya, mengenang sekaligus memeriahkan upacara tersebut.
Satu lagi yang tak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Yekaterinburg adalah situs Church on the Blood. Situs itu merupakan gereja yang terkenal dengan cerita tentang kaisar terakhir di Rusia, Kaisar Nicholas II, dan keluarganya yang dieksekusi mati. Bangunan atasnya gereja, tapi ruang bawah tanah tetap struktur asli rumah keluarga Nicholas II sewaktu dibumihanguskan Bolshevik.
THE GUARDIAN | THE MOSCOW TIMES | ATLAS OBSCURA | USEMBASSY | MUH. BASKHORO W.D.